Mesir dan Sensitivitas

Kita mungkin tak pernah tahu jika kita tak pernah mau untuk mencari tahu. Rasa itu tak akan pernah  ada sampai kapanpun, jika kita tak pernah memulai mencoba merasakan hal itu. Sedikit saja, kita mencoba mengetuk hati nurani kita. 

Ibu sering sekali bilang tentang sensitivitas. "Coba, belajar  untuk sedikit lebih sensitif terhadap lingkungan !" Sambil berlalu menceramahi kami, anaknya. Kami mulai menggerutu jika ibu mulai seperti ini. Tapi kini saya baru menyadari dan  semakin mengerti  apa maksud Ibu. Sensitivitas tak akan pernah ada, jika kita tak melatihnya. Lebih peka dan berempati terhadap apapun yang kita temui. Tak hanya tempat yang bisa kita indra tapi jauh dari itu. 

Dalam islam ada yang bernama ukhuwah. Ukhuwah islamiyah, sebuah ikatan yang sangat kuat tak terbatasi oleh suku,  adat, istiadat, golongan, partai bahkan sekat-sekat negara. Jika ia muslim, maka tak memandang ia dari mana, suku mana, adat istiadatnya seperti apa atau ia berasal dari negara mana.Cukuplah alasan muslim maka kita menolongnya, membantunya, membelanya.Rasa inilah yang hampir saja hilang di hati-hati kaum muslimin. Mengapa? karena mereka telah terbuai dengan ikatan yang lemah. Nasionalisme, telah menyekat hati mereka. Mereka bilang "ini bukan urusan kami, tapi urusan negeri sana" atau " Urusan kita saja, masih banyak. Tak usahlah kita mengurusi orang lain".  

Hari ini, kita melihat ribuan kaum muslim telah dibantai di negeri Al-kinanah.Tak memandang wanita dan anak-anak, militer mesir dengan dukungan barat terus menembaki dan membunuh kaum muslimin. Darah Muslim seakan murah disana. "Sungguh mengerikan !Serangan militer besar-besaran terhadap warga sipil tak bersenjata dalam jumlah yang sangat banyak," kata seorang wartawan sky news. ”Tembakan senjata berat terdengar menggelegar, ribuan pengunjuk rasa termasuk perempuan dan anak-anak panik,”  kata seorang saksi mata.

Saya tak tahu lagi, harus menggambarkan seperti apa betapa kejamnya militer mesir. Terenyuhkah? Sudahkah rasa itu ada?  Jika belum ada, maka bacalah artikel atau berita mengenai pembantaian disana. Sungguh rasa itu tak akan ada, jika kita tak pernah tahu apa-apa. Maka mari melatih diri agar rasa ini  senantiasa ada. Bahwa mereka yang dibantai disana adalah saudara kita yang harus dibela.  Tak ingatkah kita tentang sabda Nabi SAW tercinta

Sungguh hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim. (HR Tirmidzi dan Nasa'i
  Sungguh, bukan karena golongan atau kepartaian lantas kita berempati.Bukan pula karena kita Indonesia bersahabat dengan Mesir maka kita membela. Cukuplah alasan bahwa  karena kita dan  mereka  adalah muslim. Ideologi islamlah satu-satunya ikatan yang kuat yang akan mengingat kita, bukan yang lain.

Perlu diketahui, bukan hanya mesir yang sedang bergejolak. Tapi Syiria, palestina, mynmar, irak, bangladesh dan negeri lainnya. Maka lagi-lagi kita harus lebih melatih daya sensitivitas kita dengan membaca, menganalisa dan mulai merasa.

Mari kita belajar lebih jeli dalam memandang kondisi. Mesir telah menjadi bukti nyata bahwa Demokrasi-Kapitalisme dusta. Karena secara sunnahnya tak pernah bisa yang haq bercampur dengan yang bathil. Islam hanya akan tegak dengan jalan yang benar yakni Thariqah dakwah Rasulullah. Segala gejolak yang ada, adalah satu isyarat pasti bahwa Khilafah dan tegak syariat islam tak lama lagi, InsyaAllah.

Akhir kata, Semoga Allah memberikan kemenangan dan pertolongan kepada kaum muslimin dimana pun mereka berada.







Komentar

Posting Komentar

ayo, kasih komentar..

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin