Kenapa Mesti Demokrasi- Kapitalisme ?



Esensi dari demokrasi bukanlah musyawarah, pemilu atau yang lainnya. Tapi yang terpenting ialah kedaulatan dalam demokrasi ada di tangan manusia. Hal inilah yang bertentangan dengan hukum syara, karena kedaulatan (baca : Pembuat hukum) dalam islam hanyalah milik Allah tidak ada yang lain.

Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik. (TQS al-An’am [6]: 57)
Hukum itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar engkau tidak menyembah selain Dia.” (Qs. Yusuf [12]: 40).
               
  Kemunduran berfikir yang terjadi pada umat telah membuat umat tak bisa membedakan mana yang haq dan batil. Umat telah terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan islam. Umat telah dikaburkan dari kemurnian dan kejernihan pemikiran islam. Bayangkan, umat   lahir dari sistem kapitalisme, pemikiran dan perasaan yang lahir dari sistem kufur telah melekat pada umat. Umat benar-benar telah dijauhkan dari islam. Barat begitu seriusnya dalam menyesatkan umat islam. Barat tahu, kekuatan kaum muslim adalah pemikirannya. Maka mereka dengan strategi khusus untuk menipu kaum muslimin untuk semakin jauh dengan pemikiran islam. Seberapa pun gigihnya barat dalam menjatuhkan kaum muslimin, kita meyakini bahwa dengan izin Allah islam akan kembali berjaya, umat akan bangkit kembali. Kuntum khairu ummah, umat yang terbaik itu akan ada seutuhnya, InsyaAllah. Dengan menegakkan syariah dan khilafah sesuai dengan jalan kenabian.
 Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam Ahmad]

                Menyadarkan umat tentu bukanlah aktivitas yang mudah. Sempat greget dan aneh juga, kok umat gak sadar-sadar. “Wahai umat, demokrasi itu bertentangan dengan islam. Masih saja mengambilnya, eh.. eh.. malah menjadikan demokrasi sebagai jalan menerapakan islam. Mana bisa mat.. mat..”. Umat yang belum  sepenuhnya sadar adalah indikasi betapa pemikiran yang dibawa oleh barat sudah tertanam begitu dalam. Pemikiran sekular, individualis, pragmatis, apatis, dan sebagainya telah merasuk pada umat.

                Kenapa mesti demokrasi-kapitalisme yang terus disebut-sebut, yang dikritisi, yang diserang dan sebagainya? Karena demokrasi-kapitalisme adalah akar permasalahannya. Akar permasalahan yang harus dicabut.  Ibaratkan demokrasi adalah akar pohon yang membusuk, pernah melihat pohon yang punya akar busuk( tolong garis bawahi busuk)? Apa yang terjadi ? apakah ia punya batang yang mulus? Daun yang hijau? Atau buah yang segar? Pasti tidak mungkinkan? Akar yang busuk pasti menghasilkan daun yang kering, batang yang keropos, bunga mungkin tidak akan ada, buah apalagi. Pohon itu tidak bisa diperbaiki, dipupuk kembali atau dibuat tumbuh kembali. Karena akarnya yang busuk. Jadi bagaimana kalau pohon itu ditebang dan dicabut sampai ke akarnya? Dan menanam kembali pohon dengan bibit yang unggul yang akan menghasilkan batang, daun yang sehat, bunga yang cantik dan buah yang segar.  Ya.. bibit yang unggul (baca : Khilafah)

                Sejarah telah mencatat 13 Abad lamanya, umat hidup dibawah naungan Khilafah, tapi hari ini demokrasi dengan asas sekular (memisahkan agama dengan kehidupan) membuat kekacauan dan kesengsaraan. Dan sayangnya lagi,  demokrasi yang batil ini telah dijadikan jalan oleh kelompok islam untuk  menerapkan islam. Padahal, Rasulullah  tak pernah mencontohkan untuk mengambil kekuasaan dari sistem jahiliyah. Perjuangan rasulullah adalah murni diluar sistem. Rasulullah membina umat, berinteraksi dengan umat dengan dakwah, menciptakan opini umum dan membangun kesadaran umat bahwa islam adalah satu-satunya jalan dan tempat kembali. Rasulullah senantiasa mencari dukungan ahlu-nusrah untuk menerapkan islam.  Sampailah ahlu nusrah menyerahkan kekuasaannya dan Rasulullah pun menegakkan khilafah.   Tak ada demokrasi bukan? Tak ada satupun dalil yang menghalalkan jalan demokrasi. Maka masihkah kita mengambil jalan demokrasi?

                Bukan, bukan asas kemanfaatan yang dijadikan standar. Jelas, jika ia seoarang muslim maka yang standarnya adalah halal dan haram.  Banyak yang bilang,  bayangkan coba kalau tidak ada golongan islam yang masuk kedalam parlemen akan tambah runyam. Undang-undang yang dibuat akan tambah jauh dalam islam. Sungguh, pernyataan seperti ini, pernyataan yang menipu. Sekalipun masuk parlemen pada faktanya akan terkendala dengan sistem demokrasi itu sendiri, karena sistem demokrasi mengusung suara terbanyak. Logika manusia, mereka bilang tentang Nah.. maka dari itulah kita harus berjuang dengan masuk dalam parlemen. Semakin banyak muslim yang mendukung dan bergabung dalam parlemen, suara islam semakin terdengar. Islam bisa diterapkan. MasyaAllah, sungguh ini sangat menipu, faktanya barat sang pemegang kendali sistem tak  pernah mengizinkan hal itu terjadi. Lihatlah Aljazair dengan FIS-nya, Turki dengan Erbarkan dan belum lama Mesir dengan Ikhwanul Musliminnya.  Tak ada asas manfaat, sekalipun demokrasi memiliki manfaat yang banyak tapi sungguh jalan ini bertentangan dengan islam tak boleh diambil oleh umat.

                Ambillah contoh sederhana, misal babi. Babi akan tetap haram dan tak akan pernah berganti jadi halal kalaupun terdapat sejuta manfaat yang terkandung dalam babi. Sekalipun dalam babi itu terdapat obat atau apapun. Tetaplah haram. Seperti itulah demokrasi, mengambil bagian dalam demokrasi bergabung dengan parlemen dan membuat hukum sendiri. Atau sekalipun tidak membuat hukum tapi menyetujui hukum yang bertentangan dengan islam. Mana mungkin? Memperjuangkan islam tapi membuat hukum tandingan dengan Allah?

                Coba jadikan demokrasi sebagai alat bukan tujuan, katanya. Alat untuk mencapai kemuliaan islam. Mana bisa? Memperjuangkan islam tentu harus dengan cara yang benar sesuai islam. Suatu amalan dikatakan amalan terbaik harus memenuhi dua  syarat yakni ikhlas dan benar. Jika salah satu tidak dipenuhi maka tidak dikatakan amalan terbaik. Hal ini juga sama, ikhlas memperjuangkan islam tapi lewat demokrasi sistem kufur tidak dikatakan amalan terbaik.

                Greget, gak ngerti-ngerti, ngeyel, malah bikin emosi. Inilah tantangan dakwah, berjuang menyadarkan umat memang membutuhkan kesabaran dan keistiqomahan.  Bosen ngomongin demokrasi, ga bisa. Karena demokrasi-kapitalisme adalah biangnya. Maka yang mesti dilakukan adalah Dakwah terus sampai tembus. Demokrasi serang terus sampai mampus. 

                Suka banget orang bilang “ Keukeuh banget benci sama demokrasi padahal kamu ada di alam demokrasi”.  Maka kita jawab “Kamu juga kenapa keukeuh mempertahankan demokrasi padahal melanggar peraturan Allah. Kalau kamu tetep melanggar pergi saja sono keluar dari Bumi Allah.”
                Satu hal yang mesti kita tahu, bahwa berdakwah adalah bukti cinta.. Jadi ketika kita mencaci dan menyerang demokrasi, semua itu tidak lain karena cintanya kita pada umat, agar umat tak terjebak. Bukan, bukan karena mau keren-kerenan atau saling menjatuhkan. Berdiskusinya kita dengan umat, lagi-lagi adalah bukti cinta agar umat tak terjerumus ke dalam lubang yang hina.

                Demokrasi.. demokrasi..demokrasi.. ke laut saja ! Kenapa mesti demokrasi terus ?! karena demokrasi belum juga mati tapi sedang sekarat. Demokrasi akan segera menempuh ajalnya. Mari kita mempercepat kematian demokrasi, dengan mencampakkan demokrasi dan memperjuangkan tegaknya Syariah dan Khilafah sesuai metode Rasululluh. Tunggu apa lagi?!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin