Krisis kepemimpinan

Pernahkah terbayang dalam sebuah pemilihan tapi tak ada yang bersedia untuk dipilih. Semua calon kandidat menolak untuk menjadi pemimpin. Tidak bersedia dengan sejuta alasan. Maka setiap orang yang ada disana pastilah akan mengalami kebingungan. Siapakah hendaknya yang mereka pilih, sementara yang dipilih sama sekali tidak mau.

Memang menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Sebuah celotehan sering terdengar memimpin sendiri saja belum tentu apalagi memimpin orang lain. Ketika menjadi pemimpin pasti akan ada halangan dan rintangannya. Menyatukan tim, mensinergiskan gerak langkah antar individu dalam tim, menjaga semangat tim, mengusahakan agar visi dan misi tim tercapai dan sebagianya. Adalah tugas pemimpin yang seakan berat  yang menjadikan pertimbangan bagi seseorang siap atau tidaknya ia menjadi pemimpin. Pemimpin kadang kala harus berfikir extra keras dalam memanagemen sumber daya. Seakan-akan pemimpin itu adalah super hero yang bisa melakukan semua hal, dari mengonsep, mengarahkan, dan melakukan pekerjaan teknis.


Yah, tapi sejujurnya jika hal itu terjadi berarti tim dalam keadaan tidak sehat. Karena pemimpin sejatinya bukanlah super hero yang melakukan semuanya. Tim ibarat tubuh, ada yang menjadi mata, tangan, kaki, telinga dan yang lainnya. Tidak dikatakan suatu tubuh jika hanyalah terdiri dari mata saja atau kaki saja. Semua saling melengkapi dengan tugasnya masing-masing. Semua saling bersinergis dengan spesialisnya tersendiri. Dan pemimpin adalah bagian dari tim. Tim yang percaya seutuhnya bahwa pemimpinnya dengan bantuan dari tim akan mencapai visi dan misinya. 


Tantangan internal dan eksternal yang menggila kadang menjadi beban pikiran bagi seorang pemimpin. Karena menjadi pemimpin adalah sebuah amanah yang akan diminta pertanggung jawabannya. Pembahasan hal ini bukanlah hal yang umum sehingga terpisahlah agama dari kehidupan. Saya sampaikan bahwa Allah menciptakan tiap dari diri kita sebagai  seorang pemimpin. Sebuah koreksi pribadi tentang kelayakam diri kita menjadi pemimpin. Sering sekali ditegur tentang area yang dikuasai dan area yang menguasai. Menjadi pemimpin adalah pilihan bukan ketetapan.Ujungnya adalah Allah Maha menetapkan tapi pilihan untuk tidak atau ya adalah area yang sangat kita kuasai. 

Merasa belum layak dan underestimate terhadap diri sendiri adalah penyakit. Semua layak karena ini adalah wujud kontribusi. Siapa lagi jika bukan kita yang saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Bukan saling melempar ! agaknya kita benar  perlu belajar untuk lebih dewasa. Seseorang berkata tentang kegerahan yang dirasa, gerah karena tim begini-begini saja, Gerah karena visi dan misi belum juga tercapai. Maka kegerahan inilah yang akan melecut dirinya untuk merubah semuanya. Jika ia  punya potensi maka untuk apa disia-siakan, lagi-lagi berlomba-lomba menuju kebaikan. Mungkin inilah ladang pahala yang sedemikian besar.

Semua berawal dari niat, kejernihan niat. Niat yang bersih dan lurus akan meyakinkan kita bahwa kita sanggup. Sanggup menerima amanah di posisi manapun dengan berfikir panjang tentunya. juga, pendorong pertama yang paling utama adalah dorongan aqidah. Lari dari amanah adalah salah.

Apapun sebenarnya, hal yang ingin saya sampaikan adalah jangan sampai terjadi krisis kepemimpinan. Sehingga semua mundur kacaulah semua. Pemimpin itu bukan malaikat yang tak ada salah dan khilaf. Tak ada yang sempurna, Allah-lah yang Maha sempurna. Seseorang berkata : "Hal terpenting yang harus kita miliki ialah ketawakalan dan kemandirian. Tawakal akan membuat seseorang tak berputus asa ketika menghadapi kegagalan. Karena ia yakin satu hal, tak ada yang sia-sia.Mungkin kadang tidak berjalan sesuai target, tapi ia memahami sesuatu dan mengambil pelajaran dari setiap perjalanan dan proses yg telah ia lalui. Inilah bukti ketawakalan"

Layakkanlah diri kita dan senantiasa dekatkan diri kita kepada Allah. Allah akan memilih yang terbaik, prosesnya benar ada pada daerah yang kita kuasai. Semoga bermanfaat!

Komentar

  1. mba tri belum menangkap pesan yang disampaikan oleh penulis. tentang jangan saling melempar. penulis sudah berfikir panjang tentang hal ini. Serius sekali ya. Memang. Karena ini bukan main-main.

    BalasHapus
  2. cieee yg udah siap
    tp, ketika aku berkata spt itu, mengartikan sebuah makna pelmparan kah?

    BalasHapus
  3. Tergantung, bagaimana kita menangkap maknanya.
    Hehe.
    Kira-kira maksud mba cie-cie apa. haha
    Pei juga gak ngerti.
    Yang pasti, dalam setiap ada kata terdapat makna. bisa saja menurut kita positif tapi orang menangkap negatif. Kita berkata sesuai lazimya saja.. Haha tambah teu ngerti. Hati-hati bermain-main dengan kata yang kita ucapkan.. *ini buat ke pei sendiri

    BalasHapus

Posting Komentar

ayo, kasih komentar..

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin