Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Jilbab Bukan Kerudung

Gambar
Setiap muslimah yang telah baligh wajib untuk menutup aurat. Walaupun banyak pula muslimah yang belum menutup aurat, tapi hampir semua   muslimah mengetahui kewajiban tersebut. “Wahai Asma’: Sesungguhnya wanita yang telah haid tidak layak baginya terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini…” (wajah dan telapak tangan) [HR. Abu Dawud, no. 3580] Lalu mengapa masih ada muslimah yang belum menutup auratnya?  Boleh jadi, mereka belum memahami perintah tersebut. Menutup aurat adalah kewajiban yang jika ditinggalkan akan berdosa. Dan dosa yang menggunung tinggi berpeluang besar masuk neraka. Menutup aurat pun bukan sekedar membungkus asal jadi saja. Allah telah memberikan panduan bagi kita muslimah menutup aurat seperti apakah yang diperintahkan oleh hukum syara.  Allah telah berfirman : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)

Percayalah!

Gambar
  Seseorang pedagang yang setiap harinya harus memanggul beban di   pundaknya, berjalan jauh tak terkira menelurusi setiap sudut desa, mengumpulkan receh demi receh hanya untuk menghidupi istri dan 5 anaknya yang masih kecil-kecil. Terdengar sesekali bunyi dentingan sendok yang bersentuhan dengan mangok berlogo ayam jago. “Teng..teng”. sesekali terdengar bunyi dentingan sendok yang bersentuhan dengan mangok berlogo ayam jago. “Cilok neng, cilok ..” Teriaknya menawarkan, sambil sesekali tersenyum ramah. Berlalu. Belum ada yang mau, memang ini masih terlalu pagi. Tapi ia masih tetap percaya, bahwa akan ada rezeki yang ia temui nanti. Hanya bekal bahwa Allah pasti menjamin dan memberikan rezeki   pada semua makhluk di muka bumi ini, bahkan seekor binatang melata pun. Ah, kalau saja di satu titik ia mengeluh dan berputus asa melihat dunia. Dan tak ada kepercayaan bahwa dagangannya akan laris meski satu saja. Kalau sajalah prasangka buruk saja yang ada dalam dirinya. Mak
Seorang kawan tengah bercerita tentang dirinya. Hari itu, ia benar-benar sedang pusing dan lelah. Ujian yang ia hadapi begitu menyesakkan dan menguras pikiran. Bisa atau tidaknya ia tak yakin betul. Semua itu tak lepas dari kesalahannya tak menyiapkan dengan matang. Ia menyadari hal itu. Sayang kesadarannya agak terlambat, maka sesal lah yang ada. Ia terus memikirkannya, takut dengan kenyataan yang akan ia dihadapi nanti.   Besar harapan ia untuk mendapatkan yang terbaik. Ada guratan kebingungan di wajahnya, beribu prasangka menggelayut di benaknya. Ia berfikir dan terus berfikir. Sebenarnya ia paham bahwa Allah telah menggariskan rezeki pada dirinya. Tapi ia takut sekali jika nyata akan melukai perasaannya. Ia bertanya jawab dengan dirinya sendiri.                  Tak ayal, belum juga ia menyelesaikan kegalauaannya itu. Ia ingat Ibunya. Ibu, sosok yang selalu menenangkannya. Ia putuskan untuk menghubungi Ibu tercintanya. “Hallo, Bu..” suaranya getir seperti menahan tangis. “