Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Masalah Komunikasi

Semenjak ada android, komunikasi jadi semakin mudah dan informasi bisa tersebar dengan cepat. Kalau dulu lewat sms dan telepon saja , sekarang bisa lewat line, wa, bbm, dll. Meskipun jadi lebih mudah, tapi komunikasi tanpa tatap muka kadang menjadi masalah. Ya, kadang ada kesalahan komunikasi. Saya alami ha ini , Misal dalam pembacaan pesan lewat apapun, kadang pembaca menangkap  pesan tak sesuai dengan yang dimaksud si pengirim. misal si pengirim tak berniat ada unsur marah dalam pesannya. Tapi entah kenapa pembaca menangkap pesan itu bernada marah. Nah, inilah kelemahannya tidak bisa mendengar nada/intonasi suaranya, mimik wajahnya.  Dengan adanya emoticon, sebetulnya sedikit membantu menggambarkan mimik wajah. Ada pula video call yang dapat melihat mimik wajah dan intonasi tapi ada juga kekurangan dan keterbatasannya, misal sinyal yang jelek jadi suara dan wajahnya gak jelas. Untuk itu, baiknya ketika kita mau memberi pemahaman tentang sesuatu lebih baik bertemu langsung saja

The End of History and The Last Man

The End of History and The Last Man Is This the End of the West? Thomas L. Friedman Sebulan ini saya sedang asik membaca buku “Wajah Peradaban Barat” karya Adian Husaini. Bukunya agak tebal, jadi agak lama dibacanya ditambah kalau baca ini mesti agak ‘mikir’. Saya cerita ya mungkin sedikit review.      Bicara tentang barat, kebanyakan orang memandang bahwa Barat yang menerapkan sistem demokrasi liberal itu adalah suatu peradaban yang sangat memukau, maju, terdepan dan perlu dijadikan kiblat bagi mereka yang ingin maju. Termasuk salah satu ilmuan bernama Francis Fukuyama dan Huntington yang popular diabad ke-20. Hungtinton popular dengan bukunya Clash of Civilization and The Remaking of World Order dan Fukuyama popular dengan bukunya The End of History and The Last Man. Dalam bukunya, Fukuyama mencatat bahwa Barat menaklukan rival ideologisnya, monarkhi herediter, fasisme, dan komunisme, dunia telah mencapai satu konsensus yang luar biasa terhadap demokrasi libera