Aku Ingin Memeluk Tuhan
Mencoba memahami
jalan pikirannya, tentang memahami apa arti dunia ini. Bingung memang harus menjelaskan
dari mana. Satu hal yang harus diketahui dari tokoh yang akan diceritakan ini
adalah ia memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memandang sesuatu. Ia adalah
pemikir yang luar biasa. Sayangnya, dia selalu bertanya tentang suatu hakikat yang tak seharusnya ditanyakan.
Memang disisi lain ia ingin mencapai keimanan yang sempurna. Aku berkata
padanya”Tak semua harus ditanyakan, ada iman yang akan mengunci semua
kegundahan yang kau rasakan. Manusia itu terbatas, akal tak akan sampai untuk
memikirkan itu”. Ia merasa belum puas
dan merasa hal itu belum menyentuh pemikirannya.
Kerap kali dia
berfikir berputar-putar, mencoba mencari kesana kemari. Memang ia tergolong
orang yang tak mudah menyerah dan sangat jidiyah. Ia banyak membaca buku,
melahap semuanya. Sayangnya ia tak memilih dan memilah informasi yang ia
dapatkan. Ia belum memiliki standar hidup yang benar. Sehingga susah tentukan
yang mana yang ia ambil, akhirnya memutuskan mengambil semuanya. Inilah yang
salah, referensi yang ia baca belum tentu benar, kemungkinan salah itu sangat
besar.
Dengan lembut ia katakan “Aku ingin memeluk
Tuhan”. Sontak aku terkaget dalam hati berkata “mana bisa?”. Ah.. kau sudah
berfikir terlalu jauh. Ia katakan bahwa
pencariannya akan tuhan dan hakikat hidup ini seakan membuatnya gila. Ya aku
tahu bagaimana rasanya, berbincang-bincang dengannya selama 2 jam sudah
membuatku cukup mengerti. Aku kasihan padanya, memohon pada Ilahi tuk tunjukan
jalan kebenaran padanya.
Saat dia sedang
asyiknya bercerita, aku berfikir mengapa Allah pertemukan aku dengannya. Aku
tahu mungkin Allah sedang memperlihatkan sisi yang lain dalam hidup ini, bahwa
ternyata Allah ciptakan manusia yang berbeda yang memiliki kelebihan dalam
berfikir, Allah tunjukan padaku bahwa di luar sana akan banyak orang sepertinya
yang mencari dan mencari. Maka tugasku yang mengerti untuk menjelaskan. Dengan
bertemu dengannya, aku menjadi sangat bersyukur karena Allah menjadikanku orang
yang beriman, sang pengemban dakwah dan aku bukanlah seperti ia yang terlalu
berfikir rumit. Allah sedang menjadikanku kuat. Bersentuhan langsung dengannya merupakan
ajangku tuk mengintropeksi diri. Ku ambil banyak pelajaran darinya. Allah
sedang kuatkan aku dalam perkara yang mendasar yakni Aqidah.
Ku coba tulusuri akar permasalahannya mengapa ia berbicara sesuatu hal yang aneh. Ia selalu tertarik dengan Tuhan. Entah Tuhan seperti apa yang ada di benaknya. Ku katakan bahwa manusia, alam dan kehidupan itu terbatas sehingga membutuhkan sesuatu yang lain yang sangat luar biasa berbeda dengan manusia, alam dan kehidupan. Dialah sang Khalik, Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kita takan bisa mengindra bagaimana Tuhan itu, dimana Tuhan itu, atau sejak kapan Tuhan itu ada dan lain-lain. Karena Akal manusia tak akan sampai pada yang demikian itu. Akal sangat terbatas. Sekalipun ada manusia yang paling cerdas takan mampu mengindra sesuatu yang jauh dari jangkauannya. Allah berada di luar alam, manusia dan kehidupan. Imanlah yang akan mengunci semua pertanyaan tadi. Mustahil ada orang yang mengindra Tuhan. Seharusnya keterbatasannya itu menjadikan penguat iman baginya, bukan menjadi penyebab keraguan dan kebimbangan. Keterbatasan manusia menjadikan bahwa benarlah Allah itu Maha Kuasa. Kita tak disuruh untuk mencari tahu tentang hakikat tuhan. Kita hanya di perintahkan untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Jika kita tersibukan dengan pertanyaan yang tak diperintahkan maka kita akan melupakan tugas utama kita.
Bisa dikatakan sering
ia mengatakan bahwa pemaparanku sangat biasa. Iya kah? aku sampai bingung harus
seperti apa lagi aku jelaskan padanya. Ia bertanya padaku, kenapa aku mau
jauh-jauh menemuinya dan kenapa aku mau berbincang dengannya lagi dan lagi.
Dorongan aqidahlah yang menjadikan aku mau bertemu dengannya. Allah perintahkan
untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Allah akan memberi kemuliaan bagi seorang
mukmin yang mau melaksanakan perintah-Nya. Aku ingin mendapatkan kemuliaan itu.
Aku sampaikan bahwa kewajiban seorang muslim adalah demikian. Saat muslim yang
lain tak tahu maka wajib bagi yang lainnya memberi tahu. Rasulullah pun sudah
sampaikan bahwa muslim satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh. Jadi harus saling menasihati. Mungkin
jawabanku ini terlalu naif baginya. Dari raut wajahnya ia seakan aneh. Iya aku
tahu, di zaman ini di sistem ini kebanyakan manusia sudah tak miliki hati
nurani selalu ada imbalan berupa materi dalam banyak hal. Aku sedikit
menahan-nahan untuk berbicara akar permasalahan di muka bumi ini, yakni Sistem
Kapitalisme yang menyengsarakan. Bagaimana bisa aku katakan tentang sistem ketika
aqidahnya masih mengawang.
Sekali-kali
dia terlihat begitu sedih dan sekali-kali ia terlihat sangat bersemangat.
Diskusi ku dengannya meloncat-loncat, ia kerap kali mengganti topik pembicaraan
misal ia memulai topik baru ditengah jalan ia tiba-tiba loncat pada topik
sebelumnya. Aku tahu ia begitu ingin banyak bercerita. Hal yang membuatku
sedikit terguncang ia katakan ia tak punya teman. Teman dalam artian yang tulus
padanya. “Aku pernah memohon pada Tuhan, aku meminta teman satu saja, cukup
satu saja yang bisa aku percayai, “ katanya. Ia ceritakan bahwa ia benar-benar
menangis saat itu dan benar-benar memohon. “Selama bertahun-tahun lamanya Tuhan
tak memberiku teman yang kuminta, hingga ku tahu bahwa Tuhan tak memberiku
teman karena cukup bagiku Tuhan sebagai temanku”. Ada rasa sedih dan aneh saat
ia katakan seperti itu. Sedih karena ia tak punya teman yang ia inginkan. Dan aneh
dengan kesimpulan yang ia katakan. Aku sampaikan padanya sambil ku ulurkan
tanganku bahwa aku ingin menjadi temannya. Ia meraih tangankku dan menjabat
tanganku meski ekspresinya kurang meyakinkan.
“Tuhan itu eksis dan manusia itu semu. Manusia jungkir balik terus aja Shalat , tak akan masuk syurga karena Syurga dan dunia itu tidak kekal.” Katanya, semakin saja ku kerutkan keningku darimana ia dapatkan bahwa syurga itu tidak kekal. Hampir saja goyahkanku, Syurga itu kekal dan memang dunia ini sementara. Kata siapa manusia shalat tak ada gunanya dan tak akan masuk syurga. Cara berfikirnya inilah yang salah. Seakan sangat pesimis bahwa semua manusia akan dijebloskan ke dalam neraka. Ia belum tahu tentang konsep daerah yang dikuasai dan menguasai. Ada kesalahan berfikir tentang konsep qada dan qadar.
Di jelaskan oleh
syaikh Taqiyuddin an-nabhani dalam kitabnya bahwa Setiap apa yang dilakukan
manusia dalam hidup ini berada dalam dua area yaitu area yang dikuasainya dan
area yang menguasainya. Area yang dikuasainya yaitu area yang berada dibawah
kekuasaan manusia dan semua perbuatan atau kejadian yang muncul karena pilihan
hidupnya sendiri. Sedangkan area yang menguasainya adalah area yang menguasai
manusia. Pada area ini terjadi perbuatan
atau kejadian yang tidak ada campur tangan manusia sedikitpun. Artinya pada
area kedua ini manusia tak diminta pertanggung jawaban. Ada dua hal kejadian
yang berkaitan dengan area yang dikuasai ini yaitu Kejadian yang ditentukan
oleh nizhamul wujud(sunnatullah) dan
kejadian yang tidak ditentukan oleh nizhamul wujud. Kejadian yang ditentukan
oleh sunnatullah yaitu misal manusia datang dan pergi kedunia ini bukan atas kemauaannnya,
manusia tak bisa menciptakan warna mata dan bentuk tubuhnya, manusia tak dapat
berjalan diatas air. Kejadian yang tidak ditentukan oleh nazhimul wujud yaitu
misal seseorang terjatuh dari atas tembok lalu menimpa oranglain hingga orang
itu meninggal. Segala area yang menguasainya disebut dengan Qadha Allah atau
keputusan Allah. Dan tidak dimintai pertanggung jawaban atas kejadian itu meski
sangat besar kerugian atau kemanfaatannya. Qadar atau ketetapan adalah seluruh
khasiat yang diciptakan Allah Swt, baik yang trdapat pada benda maupun naluri
serta kebutuhan jasmani manusia.
Kita
bukanlah seperti wayang golek, kita memiliki pilihan dalam hidup kita. Mana yang
kita akan ambil maka akan di hisab. Sekalipun kita memilih untuk tak memilih,
hal itu pun akan diminta pertanggung jawaban.
Allah
tahu dan sangat tahu bahwa pada akhirnya kita akan masuk syurga atau neraka.
Ilmu Allah Maha luas. Masalahnya kita tak tahu kita kan masuk syurga atau
tidak. Tapi kita berharap dan meminta semoga dimasukan kedalam barisan orang
yang beriman dan bertaqwa.
Sebelum
tahu tentang qadha dan qadhar pun seharusnya sudah menyelesaikan 3 simpul
besar. Aku bertanya tentanya 3 simpul ini, maka ia katakan ia tahun itu. Lantas
apa yang meresahkannya. Jika ia masih saja mersa hidup itu mengawang.
Aku
sungguh mendapat kanbanyak hal saat bertemu dengannya. Aku menilai ia adalah orang
yang benar-benar istimewa. Aku berharap Allah beri ia hidayah sehingga ia bisa
menjadi bagian dari barisan para pejuang. Aku memohon pada Allah bahwa aku
menjadi pengantar ia menerima hidayah itu. Potensinya akan menjadi sangat
berguna untuk umat. Aku ingin dia tak mengalami kehampaan lagi dalam hidupnya. Dan
aku pun ingin mengerti dirinya.
Aku
berharap suatu saat nanti ia bisa membaca tulisanku ini, aku meminta maaf
padanya jika aku telah bercerita
tentangnya. Sungguh tak ada maksud lain, hanya agar orang lain dapatkan
pelajaran sama halnya seperti aku ketika mengenalnya. Aku memohon kepada Allah
semoga ketika ia membaca tulisanku ini, ia sudah menjadi bagian dari para
pejuang yang mendapatkan kemuliaan dari Allah.
Ya
Allah, ampunilah dosaku. Jangan jadikan hamba orang yang berpaling setelah hamba mendapatkan hidayah-Mu. Kuatkan dan beri hamba kesabaran.
Ya
Allah mudahkanlah segala urusan kaum muslimin. Ya Allah tegakkanlah syariah dan Khilafah
dimuka bumi. Jadikanlah hamba pejuang yang ikhlas dan istiqomah. Amin.
Alhaqqu mirrabikum falaa takunanna minal
mumtariin.
Jazakumulllah Khairan Katsiran.
Komentar
Posting Komentar
ayo, kasih komentar..