Ramadhan Terakhir Tanpa Khilafah,amin

Ramadhan Terakhir Tanpa Khilafah, Amin.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, cepat sekali. Rasanya baru saja bulan suci itu hadir tapi kini sudah akan berpisah lagi. Ya Allah, diri ini tak tahu dan sungguh tak tahu apakah akan bertemu lagi dengan bulan dimana pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan dibelenggu. Ah.. apa yang telah diperbuat? target-target yang tertulis itu sepertinya hanyalah catatan dinding semata karena realisasnya hanya berapa persen yang telah dicapai. Hamba yang telah lalai, menyia-nyiakan waktu dengan hal yang kurang berguna.

Demi masa. Sungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (QS. Al-ashr). Waktu-waktu, kau tak sopan , tak berpamitan, berlalu begitu saja. Pantas saja kau seperti pedang, menusuk dari belakang. Tapi ini bukan salahmu, sudah Sunnatullah kau begitu adanya. Diri ini saja yang lalai dan lupa, seharusnya pergunakan dengan sebaik-baiknya malah buang-buang saja dengan percuma. Padahal nanti diri ini kan ditanya tentang waktu dihabiskan di dunia untuk apa.

Dunia-dunia, rayuanmu racuni manusia. Seharusnya maksimalkan semua amal di bulan mulia malah terlena dengan dunia. Allah telah membelenggu syetan, namun manusia coba-coba tuk jadi syetan kedua. Padahal Syetan adalah musuh yang nyata. Terlihat jelas di depan mata sebagian manusia yang sengaja tak puasa padahal tak ada uzur baginya. Bahkan mereka berani tampakan pada dunia, bangga dengan dosa. Ini semua karena iman dan taqwa yang terkikis karena tak ada sistem penjaga.

Di bulan yang Allah lebihkan diantara sebelas bulan lain, masih banyak manusia yang tersesat, terjerumus ke dalam lubang yang sama berkali-kali. Karena sistem sekarang penuh dengan dosa. Sistem sombong yang pisahkan antara agama dengan kehidupan. Merasa kuat dan hebat, padahal dusta. Katanya sejahterakan manusia, nyatanya sengsarakan manusia. Demokrasi yang digaungkan, agungkan kebebasan. Bebas dan lepas, bebas untuk siapa?


Dasar tak jelas! Atas nama kebebasan banyak umat islam yang telah dibantai tanpa alasan yang jelas. Umat islam di palestina hingga kini menjadi saksi bisu pembantaian yang dilakukan oleh Israel. Belum lagi kedzaliman yang paling mutakhir, Penindasan kaum muslim di Chechnya oleh rezim Komunis Rusia. Selain itu penindasan kaum muslim di Jammu Kasmir, Pattani,dan Morro Philipina. Dan berita terhangat saat Ramadhan adalah pembantaian kaum muslim Rohingnya oleh etnis Budha. Masya Allah, Berapa banyak kaum muslim yang telah dibunuh oleh orang kafir? Tak terhitungkah?. Innalillahi, sungguh tiap nyawa seorang muslim adalah berharga. Kemana hati nurani kaum muslim yang tak peduli dengan saudaranya. Tak ingatkah tentang sabda Rasul bahwa seorang muslim dengan muslim lainnya bagaikan satu tubuh. Apabila satu bagian tubuh sakit maka tubuh yang lain merasakan sakit yang sama. Ah.. kesal tiada tara, gara-gara nasionalisme umat islam terkotak-kotakan, mereka tak rasakan sakit, tak peduli itu bukan urusan saya, katanya. Harusnya mereka berdo’a dan berusaha. Jika berdo’a di bulan Ramadhan, Allah kan mengangkat do’a hingga ada di atas awan dan akan dibukakan baginya pintu-pintu langit.

Geram sekali, ingin marah lampiaskan semua. Sedih karena islam dalam keadaan terpuruk. Kemiskinan, kebodohan, Kejahatan,Kemaksiatan, zina dianggap biasa, Korupsi yang mendarah daging, riba dianggap halal dan sebagainya. Semua ini masih saja terjadi di bulan suci, karena akar masalahnya tak kunjung selesai. Yakni Kapitalisme yang mengambil hukum selain hu
kum Allah masih saja bercokol di muka bumi. ”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini agamanya”(QS. Al-Maidah :50). Haruslah syariah di terapkan secara kaffah, tak setengah-setengah seenaknya saja. Bulan suci ini harusnya jadi momentum perjuangan muslim kaffah dan bergabunglah dengan dakwah jama’ah.

Bulan Ramadhan selalu diisi dengan tilawah, menghantamkan alqur’an berkali-kali. Tak salah, memang di sunnahkan. Hanya saja, seharusnya tak hanya dibaca tapi di amalkan. Al-Qur’an adalah pedoman hidup, bukan sekedar kata tapi benar adanya. Allah telah memerintah dalam alqur’an surat Albaqoroh ayat 208 untuk jadi muslim kaffah. Jika ingin jadi muslim kaffah maka haruslah ada khilafah. Maka sekali lagi, Bulan Ramadhan adalah momentum perjuangan muslim kaffah.

Waktu oh waktu, terhitung 88 tahun tanpa khilafah dan 88 kali bulan Ramadhan tanpa khilafah. Menangis sendiri karena rindu teramat sangat hidup dibawah naungan khilafah. Hidup di sistem kufur sungguh sesak, tak bernafas lega karena tak tega pembantaian dimana-mana dan kesengsaraan tumpah ruah. Sudah cukup sudah we need khilafah. Semoga ini adalah bulan Ramadhan terakhir tanpa khilafah.
Ya Rabbana, betapa kami rindu, rindu sekali dengan tegaknya syariah dan khilafah di muka bumi. Di bulan yang mulia ini, kami memohon tegakan syariah dan khilafah. Ya Allah, jadikanlah kami pejuang syariah dan khilafah yang senantiasa ikhlas dan istiqomah. Ya Allah Ya Ghafuur, Ampunilah dosa-dosa kami. Ya Allah, mudahkanlah segala urusan kaum muslim. Selamatkanlah kaum muslim dari penguasa yamg dzalim. Selamatkan pejuang syariah dan khilafah dimana pun mereka berada. Ya Allah pertemukanlah kami dengan Ramadhan kembali dengan adanya khilafah. Ya Allah kumpulkanlah kami di syurga-Mu kelak, Syurga tempat para nabi dan Rasul. Amin.
Wallahu’alam bi shawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin