Malas Membawa Petaka
Pernahkah kau merasa malas?? Kau merasa malas melakukan apapun dan
inginnya hanya tidur-tiduran di kasur sambil melamunkan sesuatu. Melamun dan
menghayal adalah pekerjaan yang menyenangkan bukan? Sayangnya ini adalah
sesuatu yang sia-sia. Melamun dan mengahayalkan sesuatu yang tak mungkin adalah
pekerjaan orang yang malas. Kau mungkin tahu bahwa Allah perintahkan tak boleh
terlalu berandai-andai.
Kemalasan dapat menyebabkan kita
gagal melakukan sesuatu. Secara teori kita tahu itu, tapi saat kemalasan itu
datang menghampiri sungguh susah berpaling darinya. Sedikit curhat, dalam waktu
dekat ini, aku rasakan malas telah merasuk dalam diri. Aku ingin sekali
terlepas dari jeratan malas ini. Aku malas melakukan apa-apa, waktuku habis untuk
tidur. Banyak tidur juga termasuk ciri-ciri kemalasan. Agrhh.. aku menjerit
lama-lama kemalasan membuatku muak.
Karena sadar banyak yang dilalaikan. Kadang aku bingung sendiri dengan
kemalasan diri ini. Setan rupanya sangat rajin menggodaku. Hey..hey.. syetan
pergilah, tahukah sungguh banyak yang harunya aku kerjakan.
Apa sebenarnya obat kemalasan
itu? Aku bertanya pada seseorang tentang hal ini dan jawabannya adalah ” Jika
kita malas melakukan sesuatu maka obat paling mujarab adalah paksakan”. Ya paksakan
saja, Mungkin kemalasan berkaitan dengan kebiasaan. Jika saat ini kebiasaan
yang ku bentuk adalah malas tak gunakan waktu dengan baik, maka aku akan
terbiasa jadi orang yang malas. Harusnya aku segera tersadar, harus ku bentuk
habbit baru yakni semangat dalam melakukan apapun dan segera paksakan diri
untuk lawan kemalasan. Kita tahu bahwa orang yang malas adalah orang yang
sangat rugi, tak pergunakan waktu dengan baik. Padahal waktu tak bisa kembali
walau hanya satu detik saja. Apalagi Pengemban dakwah, Pengemban dakwah harus
meminimalisir kemalasan dalam hidupnya. Bagaimana mau jadi Pengemban dakwah
yang luar biasa jika malas berdakwah, menulis, tilawah dan lain-lain. Allah
telah menyindir kita dalam surat al-asr bahwa manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Ya.. dalam kerugian jika waktunya dipergunakan dengan sia-sia atau di isi
dengan kemalasan yang tak guna.
Harus tersadar dan berupaya
sungguh-sungguh menghindari kemalasan.
Penyakit malas harus disembuhkan, jika kita sadar maka kita akan temukan formula
yang pas untuk menyembuhkan penyakit ini. Iya kan??. Lingkungan juga mempengaruhi tingkat
kemalasan. Jika kita dikelilingi orang malas maka bersiap-siaplah kita kan
tertular. Jadi, haruslah temukan lingkungan yang baik. Meski sekarang sistemnya
tak menjadikan lingkungan itu baik, tapi coba carilah orang-orang yang sepaham
dengan kita untuk ciptakan kondisi yang kondusif untuk selalu sadar. Orang yang
terjangkit penyakit ini, haruslah menelisik kembali tentang arti hidupnya di
dunia. Apakah di dunia ini hanyalah untuk tidur atau melamun saja? Berdiam diri
saja? Atau Apa?
Setiap penyakit ada obatnya
bukan? Mintalah kepada Allah untuk selalu di jaga semangatnya. Obat dari malas
lainnya adalah memupuk keimanan dengan mendekatkan diri pada Ilahi.
Akhir kata, “Hai malas, menjauhlah dariku. Sungguh tak mau aku dekat
denganmu. Aku tak mau dengan dekat denganmu aku melalaikan banyak hal. Aku tak
mau jadi orang yang merugi. Ku bilang jangan mendekat ! menjauhlah pergi
selamanya dari hadapanku. Aku ini sang pengemban dakwah, jika ku dekat denganmu
lupalah aku dengan tugasku. Eit..eit, tak boleh juga kau dekati sahabatku.
Siapa bilang sahabatku adalah sahabatmu? Malas menyerahlah, sahabatku adalah
semangat dan rajin. ku tahu hidup ini sementara maka ku harus berjuang tegakan
islam agar terciptalah kondisi yang memungkinkan kau hilang dan kau tak menggoda yang lain lagi dengan rayuan
gombalmu. Dengan keimanan yang ku pupuk,
tak perlu pestisida kau akan punah malas.
Sekarang aku akan semangat, semangat dalam hal apapun! Haha.. kau kalah
malas. Okeh, fine ditambah aku berdo’a kepada Allah, kau akan hilang! Dadah
malas!”
Komentar
Posting Komentar
ayo, kasih komentar..