Surga di bumi?



Menulis bertema itu susah, mau disebut gampang juga susah. Ya, namanya juga belajar mesti susah, nanti juga biasa. Dari kemarin belum dapet tema yang menarik nih, tapi hari ini saya mau share sesuatu deh yang ringan-ringan aja. 

Setiap rabu di viva.com terupdate tulisan hasil analisis dari Andi Malarange. Berbagai tema diangkat sama pak andi yang kini mendekam di KPK karena tersandung kasus korupsi. Lah kok bisa lagi di KPK nulis? Di situs itu, dipaparkan bahwa Sejak berada dalam tahanan KPK, Andi Mallarangeng punya lebih banyak waktu luang. Sambil menunggu pengadilan, ia mencoba memanfaatkan waktunya secara produktif dengan membaca dan menulis. Aturan KPK tak membolehkan penggunaan laptop, iPad dan semacamnya oleh para tahanan. Andi menulis artikel ini dengan tulisan tangan, dan kemudian disalin kembali oleh Redaksi VIVAnews agar bisa dinikmati oleh pembaca. Andi berusaha menulis di rubrik “Analisis” sekali seminggu. Redaksi mengunggah tulisan baru Andi setiap hari Rabu 


Gaya tulisannya saya suka. Ringan dan mudah dibaca, ya..meski beberapa tulisan mengangkat tema yang kurang familiar, tapi saya tetap suka.  Namun, ada beberapa hal yang saya sayangkan dari  pak andi ini. Pertama, jelas karena tersandung korupsi. Padahal pak andi ini orang pintar, pak Andi adalah doktor ilmu politik lulusan Nothern Illinois University, Dekalb, Illonois, AS. Kedua, Dalam setiap tulisannya kental sekali dengan pemikiran barat.

Saya paling senang dengan tulisan pak Andi yang berjudul surga di bumi mungkinkah? Pak Andi dalam tulisannya menceritakan tentang komunisme dan demokrasi. Pak Andi, menggambarkan komunis dan sosialis  dengan singkat dan mudah dipahami. Entah karena saya sudah punya maklumat tentang Sosialis, jadi mengerti maksud penulis.  Sayang seribu sayang, pak andi ini mentok di demokrasi. Judul tulisannya kan surga di bumi, ternyata surga di bumi yang dimaksud adalah Demokrasi. Pak Andi bilang:

Dalam prakteknya apa yang terjadi di negara-negara demokrasi memang mendekati kondisi ideal tersebut. Amerika Serikat mengawalinya, lalu diikuti banyak negeri lainnya, termasuk Indonesia. Tentu saja ada pasang dan surut. Proses penyempurnaannya juga cukup lama, kadang beberapa generasi. Namun secara umum, dari segi pengaturan konflik dan penciptaan suasana harmonis yang langgeng, negara demokrasi modern adalah perwujudan terdekat yang mungkin dicapai untuk menciptakan surga di bumi.”

Saya geli sendiri membacanya. Kasihan sekali bapak ini, gak tahu bahwa demokrasi bukan surga tapi neraka di bumi. Pak Andi gak tahu bahwa islamlah yang akan mewujudkan surga di bumi, bahkan sampai di akhirat nanti. Islam dengan ideologinya.

Saya pikir orang  cerdas dan potensial seperti pak Andi di Indonesia banyak. Hanya sayang sekali tergelapkan oleh demokrasi. Padahal demokrasi menipu. Sampai akhirnya pak Andi tersandung korupsi pun, ini tak terlepas dari sistem demokrasi. Korupsi terjadi bukan hanya karena individu yang tak bermoral saja, tapi sistem yang terbuka lebar untuk korupsi. Mau gak mau suka gak suka, siapa yang berkutat dalam demokrasi mesti korupsi.

                Memang agak berbahaya kalau baca tulisannya pak Andi kalau gak punya standar islam dalam diri. Karena tulisannya pak Andi ini sarat sama pemikiran kapitalis, yang maklumlah pak Andi kuliah di luar negeri. Tapi kalau sudah tahu, punya standar islam, bisa ngebandingin mana pemikiran islam dan bukan. Saya pikir, baca saja dengan kehati-hatian. Hehe.
               
 Dalam tulisan lainnya, pak Andi pernah menyinggung tentang mahasiswa dulu dan sekarang.  Mahasiswa dulu aktif sekali berdiskusi tentang permasalahan tertentu, mereka gak apolitis tapi kritis. Dimana-manan ngomonginnya yang bermutu. Gak kaya sekarang, mahasiswa sibuk sendiri apolitis, bodo amat sama politik, terpukau sama pemikiran barat, teracuni teori-teori.
Ini pesan Pak Andi :

Kepada mahasiswa generasi sekarang, kalau boleh saya ingin sedikit meninggalkan pesan. Dengan internet, akses informasi sekarang ini luar biasa cepat dan terbuka luas. Tidak seperti begitu banyak generasi mahasiswa sebelumnya, termasuk mahasiswa generasi saya, saat ini bisa dikatakan bahwa praktis tidak ada lagi hambatan dalam mencari bacaan dan informasi apapun, termasuk mengikuti teori baru dan perdebatan-perdebatan akademis yang terkemuka di dunia.”

Saya hanya suka, gaya menulis dan penyampaiannya. Tapi masalah isi, saya kritisi.
Demokrasi.. demokrasi, bentar lagi hancur. Surga atau neraka? senyum simpul aja deh. :)

Mahasiswa? Yuhu.. begerak dan sedikit lebih peka terhadap kondisi jangan silau sama barat. Islam lebih hebat dari sistem manapun. Semoa orang yang berpotensi akan disalurkan, ini terjadi cuman di sistem islam.

Salam (:
Pagi-pagi menginspirasi.

Komentar

Posting Komentar

ayo, kasih komentar..

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin