I B U
Setiap anak
pasti menyayangi Ibunya dan selalu ingin membahagiakan Ibunya. Anak mana yang tidak mau membahagiakan Ibunya?
Tak ada, karena secara naluriah rasa itu selalu ada. Tapi bayangkan hari ini
dunia telah berbeda. Seorang anak dengan mudah membunuh Ibu kandungnya sendiri
hanya karena keinginan sepele yang tak terpenuhi. Miris sekali, hati anak yang seperti itu telah
mati. Ya, tekanan hidup kapitalisme membuat orang tidak berpikiran waras. Tanpa
berfikir panjang main bunuh saja. Teganya. Dia tak ingat lagi tentang
pengorbanan Ibunya melahirkan dan membesarkannya. Hilang sudah rasa kasih
sayang, yang ada hanya marah tak terpendam. Astagfirullah, Ya Allah jadikanlah kami anak
yang solih dan solihah.
Sama halnya
dengan anak, Setiap Ibu menyayangi anaknya melebihi rasa sayang anak kepada
Ibu. Dalam hal apapun, Ibu selalu menyangi anaknya meski kadang rasa sayang itu
ditangkap berbeda oleh anaknnya. Ya kadang saya mengamati ada seorang Ibu yang
selalu marah terhadap anaknya dan anaknya merasa ibunya tak sama dengan Ibu yang
lain. Marah mulu, Ibu mungkin tak menyayangi dirinya. Padahal, tanpa anaknya tahu setiap malam sang Ibu mengecup kening anaknya sambil selalu
mendo’akan anak-anaknya agar menjadi anak yang solih sukses dunia akhirat. Kadang
rasa cinta itu memang ditangkap dengan hal yang berbeda. Tapi dengan seiring
dewasanya anak, anak akan mengerti tak ada ibu yang tega. Tapi lagi-lagi nilai kehidupan
kapitalisme telah merasuk dan mempengaruhi. Ada Ibu yang tega sekali membunuh
anaknya, membuang anaknya. Aborsi karena anak tak diinginkan, alasan ekonomi
dan sebagainya. Teganya..
---
Kita tak
pernah bisa meminta kita terlahir dari keluarga seperti apa, Ibu seperti apa,
wajahnya mirip siapa, warna kulit, bentuk mata, jenis rambut dan sebagainya. Semua
hal itu bukanlah ada di area yang kita kuasai sehingga kita bisa memilih untuk
terlahir dari keluarga kaya, biasa, atau miskin. Tak ada pilihan seperti itu,
semua sudah menjadi Qada. Hanya perlu bersyukur dan menikmati apa yang telah
Allah anugrahkan terhadap diri kita.
Alhamdulillah,
saya selalu merasa bersyukur di tengah
carut marutnya kehidupan. Saya terlahir dari seorang Ibu yang sangat
tangguh. Ibu yang melahirkan tujuh orang anak, membesarkan dan mendidik anak-anaknya
dengan baik. Jasa yang tak terbeli dan tak terbayarkan. Ibu yang selalu sabar
mengadapi anak yang rewelnya bukan main. Sejak kecil betapa seringnya kami
menangis menjerit-jerit karena berselisih antar sesama membuat Ibu pusing. Tak
ayal, Ibu dengan penuh rasa kasih sayang tetap berlaku adil
menenangkan kami.
Keluarga kami adalah keluarga yang biasa, Ibu
selalu mengajari kami untuk menggunakan sumber daya yang ada tanpa boros atau
meminta-minta. Ketika semua anak merengek meminta dibelikan handphone maka kami
berlomba untuk menabung, berusaha sendiri mengurangi jatah jajan sendiri. Tak
ada manja-manja dalam beli membeli barang yang dirasa tidak perlu. Meskipun begitu dalam hal mencukupi makanan, ibu selalu memberikan yang terbaik tanpa menimbang mahal atau tidaknya, Ibu selalu memberi makanan yang terbaik untuk
terpenuhinya gizi kami. Tapi sering sekali kami malas menghabiskan makanan, sehingga ibu harus menghabiskan sisa-sisa makanan kami. Jika demikian ibu langsung memberi kami wejangan tentang di luar sana orang sedang mencari makan sedang kami tak bersyukur menghabiskan makanan. Sekarang kami mengerti hal itu.
Ibu adalah Guru
Matematika juga sarjana pertanian. Entah kenapa bisa seperti itu. Ibu
selalu mengajari kami ketika kami kesulitan dalam pelajaran. Khususnya Matematika. Matematika adalah pelajaran andalan kami, hampir semua adik dan
kakak tidak ada yang lemah dalam mata pelajaran ini. Kami terhitung bisa
dan lihai mengerjakan matematika. Semua karena ibu yang sabar.
Ibu pandai sekali melihat potensi anak-anaknya, diantara kami ada yang malas sekali belajar tapi dari segi kepintaran lumayan. Ada juga yang rajin bukan kepalang, tapi biasa-biasa saja. Ibu tak pernah memaksa untuk semua menjadi sama. Ibu selalu membela jika ada salah satu anaknya yang diejek oleh yang lain, tentang kepintaran. Salah satu hal yang lucu, adik saya adalah anak yang terhitung malas. Kami semua sangat khawatir dia tidak akan masuk SMA favorit. Kami semua kadang sedikit mengejek, maksudnya agar ia semakin terpacu. Ibu selalu bilang pada adik saya itu ,bahwa dia bisa masuk ke SMA yang ia inginkan. Dan ternyata dia masuk SMA favorit yang sama dengan Ibu, sebelumnya kakak diatasnya tidak berhasil masuk padahal dihitung dari kerajinan jelas kakaknya lebih rajin. Kami semua tak percaya ah masa. kami pun mengambil kesimpulan mungkin karena do’a Ibu dan suport Ibu, adik saya itu bisa lolos masuk SMA.
Ibu pandai sekali melihat potensi anak-anaknya, diantara kami ada yang malas sekali belajar tapi dari segi kepintaran lumayan. Ada juga yang rajin bukan kepalang, tapi biasa-biasa saja. Ibu tak pernah memaksa untuk semua menjadi sama. Ibu selalu membela jika ada salah satu anaknya yang diejek oleh yang lain, tentang kepintaran. Salah satu hal yang lucu, adik saya adalah anak yang terhitung malas. Kami semua sangat khawatir dia tidak akan masuk SMA favorit. Kami semua kadang sedikit mengejek, maksudnya agar ia semakin terpacu. Ibu selalu bilang pada adik saya itu ,bahwa dia bisa masuk ke SMA yang ia inginkan. Dan ternyata dia masuk SMA favorit yang sama dengan Ibu, sebelumnya kakak diatasnya tidak berhasil masuk padahal dihitung dari kerajinan jelas kakaknya lebih rajin. Kami semua tak percaya ah masa. kami pun mengambil kesimpulan mungkin karena do’a Ibu dan suport Ibu, adik saya itu bisa lolos masuk SMA.
Tak hanya
guru, ibu memiliki sederet pekerjaan yang luar biasa. Salah satunya menjadi
ketua gabungan kelompok tani azzahra. Dulu ibu mengelola pabrik ayam yang
lumayan besar, salah satu cerita yang unik adalah saat itu kandang ayam selalu
rugi ternyata ada yang maling ayam dalam jumlah besar. Suatu ketika Ibu mergoki
si maling itu, Ibu mengejar maling itu sampai ke gunung, jauh sekali. Ibu
memang sangat berani berhasil menangkap maling yang memakai topi itu. Apa yang terjadi? Ternyata malingnya adalah pekerja ibu
sendiri. Pekerja itu pun
ibu jebloskan ke penjara. Pekerja-pekerja ibu rata-rata adalah tetangga rumah. Dan malamnya, warga desa demo di luar rumah.
Berteriak meminta anak mereka dikembalikan. Api berkobar, kursi diluar rumah
dibakar. Terasa seperti mimpi, seperti di tipi-tipi tapi nyata. Ibu dengan tenang
menghadapi mereka. Akhirnya polisi datang, dan jalan damai dimulai tak ada di penjara semua diselesaikan dengan kekeluargaan. Semua pekerja Ibu pecat. Sulit sekali mencari orang yang dipercaya. Walaupun begitu Ibu selalu pintar menyelesaikan masalah. Bayangkan ibu mengejar maling sampai ke gunung sendiri!
Dalam hal
apapun ibu adalah yang terbaik memberi kami contoh tentang kesabaran dan
ketaatan. Di saat roda berputar, kami berada dititik yang rendah. Ibu
mengajarkan kami untuk tidak berlepas dari rahmat Allah. Setiap kesulitan akan
ada kemudahan. Jikalah orang merasa khawatir dengan anak yang banyak sehingga
mereka berani meninggalkan anaknya dengan alasan ekonomi. Maka ibu bilang
rezeki Allah yang mengatur, tak usah khawatir tak ada satupun yang lepas dari
perhatian Allah. Meski dalam keadaan tersulit pun, ternyata terlewati
juga.
Sudah sembilan
belas tahun saya hidup di dunia, betapa banyak merepotkan sang Ibunda tercinta.
Berjuta banyak impian untuk selalu membahagiakan ibu. Berdo’a dan meminta pada
yang Maha Kuasa semoga hamba menjadi kunci pembuka pintu syurga bagi kedua
orang tua tercinta.
----
Saat sedang
galau dan rindu. Ibu selalu tau yang dirasakan anaknya tentang permasalahan
yang dirasa. Cukup hanya dengan getaran suara dan diam, Ibu sangat memahami
bahwa kita sedang rindu. Tapi ada kalanya kita harus berkorban untuk sejenak
tak bertemu. Karena ada amanah menanti. Menjadi anak soleh dengan cara yang tak
banyak orang lain ambil. Memberi pemahaman pada sang Ibunda bahwa ini adalah
bagian dari ketaatan untuk menjadi anak solih yang ibu dambakan.
---
Semua orang memiliki Ibu yang
hebat bukan? Saya yakin dan semua menginspirasi. Maka ceritakanlah dan berbagilah :)
Komentar
Posting Komentar
ayo, kasih komentar..