Sakitnya Tuh Disini !

“Saaakitnya tuh disinii~~~”


Lagu dangdut ini lagi tenar benar. Dimana-mana terdengar lagu itu. Di pasar, jalanan, angkot, di tipi-tipi, dll. Herannya orang-orang jadi latah. Dikit-dikit sakitnya tuh disini, Apa-apa dikomentarin sakitnya tuh disini, bentar-bentar sakitnya tuh disini. Geleng-geleng kepala aja -_-


Perlu diketahui sebagai pengamat kehidupan saya angkat bicara, ya lagu ini lagi tenar, tapi lambat laun juga jadi ga tenar. Karena masyarakat cenderung cepet bosen, kalau ada yang baru otomatis yang lama terlupakan. Ah ya, perasaan sebelumnya juga banyak lagu-lagu dangdut yang tenar tapi terlupakan juga. Eh kok jadi ngomongin dangdut, sebetulnya saya bukan mau cerita tentang lagu dangdut atau mengamati dunia perdangdutan tapi masalah sakit.
Sakit. Siapa yang pernah merasakan sakit? Sakit itu apa? Sakit adalah kurang sehat dan tidak sehat. Pernah kenal gak orang yang sakit tapi gak tau sebenernya dia sakit? Sadar-sadar sakit baru tahu pas udah kritis hampir meninggal?
Mungkin sebagian dari kita menjawab pernah. Nah, kondisi sakit tak disadari ini ternyata telah dialami oleh umat muslim. Umat muslim mengidap sakit yang parah, sampai-sampai sakitnya bukan cuman tuh disini tapi sakitnya dimana-mana. Parahnya sakit yang teramat parah ini tak disadari oleh sebagian besar umat muslim. Umat muslim merasa bahwa diri mereka baik-baik saja, tak sakit disini maupun disana apalagi sampai sakit dimana-mana.

Bagaimana ini bisa terjadi? Hal ini terjadi karena ketidaktahuan umat islam. Ketidaktahuan ini ternyata tak terjadi secara alamiah, ada yang berusaha menutupi kebenaran sakitnya umat islam. Ada pihak yang merasa dirugikan jika umat islam mengetahui kebenaran sakitnya .Mereka terus menutupi setiap celah kebenaran. Setiap umat islam mulai merasakan ada yang tidak beres dalam diri mereka, pihak itu hanya bilang umat islam baik-baik saja mereka hanya sakit kepala saja. Mereka tak memberitahu akar penyebab sakitnya umat islam. Pihak itu terus saja melakukan tindakan tipu-tipu, solusi yang mereka berikan pada umat islam atas sakit yang diderita hanyalah solusi tambal sulam yang tak penah menyelesaikan masalah. Mereka sungguh takut jika umat islam mengetahui sakitnya, lantas umat islam mencari obatnya, lalu umat islam menjadi kuat. Ya, mereka takut ketika umat islam sadar maka umat islam akan menjadi lawan mereka.

Umat telah mengidap sakit ini begitu lama, semua bermula dari tahun 1924 saat sesuatu yang penting bagi umat telah dihancurkan. Entahlah analogi apayang tepat untuk sesuatu ini, yang jelas ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi umat, yang jelas jika ia tak ada maka umat mengalami berbagai macam jenis penyakit dimulai kemiskinan, kebodohan, kebobrokan moral, kerusakan generasi. Dan inilah yang terjadi saat ini, yang terparah adalah umat dengan mudah dibodohi, dijajah, dan dijarah. Umat sungguh telah kehilangan prisai mereka sehingga umat mengalami sakit yang begitu kompleks. Sekali lagi, sakitnya bukan cuman disini tapi disana dan dimana-mana.
Prisai yang telah hilang itu adalah khilafah. Khilafah yang menjadikan umat kuat dan terdepan sungguh telah hilang . Sayang seribu sayang, umat tak menyadari kehilangan ini. Padahal khilafahlah yang akan menjadikan umat kembali sehat.


Kita adalah bagian dari umat yang mengalami sakit yang sama, sakitnya dimana-mana. Penyebabnya adalah sama, karena ketiadaan khilafah yang menerapkan aturan islam secara kaffah. Jangan sampai kita tak menyadari hal ini, bukalah mata kita lihatlah bukti nyata dihadapan kita. Jangan sampai tertipu dan terperdaya dengan mereka yang membodohi kita. Sadarlah dan mari kita mengobati sakit ini, bukan dengan obat abal-abal yang menambah sakit macam demokrasi. Kita butuh khilafah dan hanya khilafah bukan. Berjuanglah menegakkan khilafah sesuai dengan metode Rasulullah. Sungguh Allah akan memberikan balasan yang besar bagi kita yang berjuang.

Jadi, masih sakitnya tuh disini?
Sakitnya tuh dimana-mana.

Komentar

Posting Komentar

ayo, kasih komentar..

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin