Keyakinan dan Kehilangan
Kita
mesti meyakini secara pasti, bahwa Allah
telah menjamin untuk menolong sekaligus memelihara agama-Nya. Karena itu, siapa
saja yang berputar bersama islam dimana saja roda islam berputar, kalbu dan
sekujur tubuhnyapun senantiasa tegar dalam ketaatan kepada-Nya, ia pastidiberi
pertolongan. Sebaliknya, siapa saja yang berpaling dari jalan lurus ini, ia
akan jauh dari kemenangan.
Aku pernah berandai-andai tentangmu kawan. Andai kau masih dijalan ini
bersamaku, hadapi semua halangan dan rintangan bersama. Jika kau masih disini,
tentu aku kan bercerita banyak hal denganmu. Kita bersama tertawa, menangis dan
bahagia. Merasakan manisnya berjuang. Mempejuangkan hal yang tak banyak orang
perjuangkan. Menjadi bagian sang ghuroba. Andai kau masih disini, kau kan
berubah dan lebih mengerti arti hidup. Membincangkan hal yang berbeda, tentang
strategi dan cara. Bukan lagi kita curhat tentang hal biasa. Ah.. ingin
berteriak, mengapa begini. Tapi,aku tahu, hidup adalah pilihan. Sudah ku coba
berbagai cara agar kau bisa tetap disini. Tapi tetap tak mau dan bertahan
dengan keputusanmu. Sampai ku tahu, Kau benar-benar pergi. Tidak hanya kau! Kau
yang lain. Aku pernah katakan, sahabat, kau memiliki tempat istimewa di hatiku
sebagai sahabat perjuangan. Aku ingin lebih mengerti mengapa sampai kau tega
melepas apa yang sudah kau yakini, tentang Khilafah ini.
Aku ingat wajah tawamu, Kau selalu tunjukan senyum lebar jika bercerita
tentang suatu hal. Aku juga ingat wajah ketika kau sedang berduka. Aku ingat
dan sangat ingat wajah marahmu. Dan di hari itu, aku tak tahu wajah mana yang
kau tunjukan. Kau tak bercerita sepatah katapun, hanya diam dan memalingkan
muka. Aku sakit, melihat kau seperti ini. Ada lagi kau, Saat itu kita masih
tertawa bersama, esoknya kau putuskan untuk berhenti. Semudah itukah? Aku tahu
bukan hal yang mudah, tapi nyatanya kau lakukan itu dengan mudah. Seakan kau
senang dan riang ketika melepas kewajiban itu. Pernah ku menangis teringat kau,
dan keakraban kita dulu. Aku tak pernah
meminta diri ini untuk bersikap berbeda denganmu, setelah atau pun sebelum. Hanya
saja, kita sudah tak sefrekuensi. Maafkan aku, maaf mungkin karena sikapku yang
begini kau pergi.
Aku tahu, setiap manusia memilki pilihan dalam hidupnya. Kau bebas
memilih kawan, diam, pergi atau bergerak? Hanya aku cukup menyayangkan kau
pilih jalan yang jelas salah. Awalnya sulit dan tak terbayang kau pergi. Ku
kira, kita kan bersama berjuang melangkah dengan sebuah keyakinan. Sahabat,
ingatkah kau pergi dan diam tanpa memberi ku kejelasan. Kau tak menjawab pertanyaanku
tentang mengapa?. Kau hanya katakan bahwa aku tak mengerti dirimu. Ya jelas aku
tak mengerti, kau tak pernah bersikap seperti itu semenjak kita bertemu.
Andai saja, aku bisa lebih mengerti dirimu. Sayang semua telah berlalu,
aku tak bisa lagi berandai-andai. Allah tak menyukai orang yang sering
berandai-andai. Aku hanya berdo’a, agar Allah selalu memberimu keselamatan. Aku
tahu seberapapun keras aku memaksa kau tuk kembali, jika Allah tak ijinkan maka
tak akan ada. Allah akan terus menyeleksi siapa yang berhak dan layak mengambil
kemuliaan ini.
Sahabat, aku mengenal dirimu. Aku tahu hati kecilmu menolak dirimu pergi,
maka kembalilah. Jangan malu, semua akan terbayar jika kau kembali. Disini, di
jalan yang penuh rintangan. Ini tentang pilihan, pilihan kembali atau tetap.
Jika kau tingalkan jalan ini, kau akan semakin jauh melangkah. Jika seseorang
mulai tersibuk dengan dirinya sendiri, dan meninggalkan jalan dakwah maka Allah
kan terus menyibukan dirinya. Sadarlah kawan, aku sampai kan, bahwa dakwah tak
butuh diriku atau dirimu. Tanpa ada kau atau aku Janji Allah akan tetap hadir,
bisa ku pastikan itu. Aku hanya melayakan diriku, aku hanya ingin mengambil
kemuliaan ini.
Aku harus kabarkan sesuatu padamu, Bahwa Khilafah sudah sangat dekat. Aku
tak mau suatu saat kau begitu kaget karena Janji Allah benar-benar ada,
sehingga kau menyesal dan mengatakan padaku, mengapa tak memintamu kembali. Ini
nyata sahabat, suriah disana sudah bergejolak dan hanya meminta syariah dan
Khilafah. Kembali.. kembalilah..
Aku pernah bertanya, sebenarnya apa yang kau cari. Aku tahu dunia begitu
menyilaukan. Sehingga kau terlarut didalamnya, mungkin ia kau berada di jalan
berbeda dan perjuangan yang sama. Tapi ini perkara yang berbeda tak perjuangan
jika caranya salah. Ingin menjadikan islam sebagai hukum tapi malah membuat
hukum tandingan. Mana bisa.
Ah.. ini hanya celotehanku saja. Bagiku kau tetap sahabatku, yang harus
ku beri tahu. Aku memiliki kewajiban itu. Kau yang disana, aku tak bisa
memaksa. Hanya berdo’a, Wahai Allah yang Maha membolak-balikan hati, berilah
sahabatku hidayah-Mu agar ia dapat menjadi bagian perjuangan ini. Ampuni segala
kesalahanku padanya.
Mengutip isi surat dari seseorang untuk mu sahabat.
Rabb…jika
saudari yang teramat ku cintai karena Mu ini, merasa tersakiti dengan
perkataanku, maka bahagiakanlah ia dengan cara terbaik yang Engkau ketahui, dan
ampunilah segala kelalaian ku. Hanya Allah yang Maha Mengetahui, seberapa besar
dan tulusnya cintaku padanya. Maaf untuk segala kata dan perbuatan yang
menyakiti.
setitik saja bersitan keraguan, maka harus bersegera utk kroscek mafhum...insya Allah...
BalasHapus