Karakterku, Karaktermu Atau Karakter Siapa?
Kejadian apa yang
paling menghebohkan dalam minggu pertama
di bulan desember ini? Mungkin isu pembubaran BEM KM dan DPM? Ternyata
ada yang lebih menghebohkan kawan yakni kedatangan calon wakil gubernur Jawa
Barat. Senin(3/12),Dady Mizwar diundang oleh IPB menjadi pembicara di Acara
Nonton Bareng. Antusias Mahasiswa yang cukup besar, terbukti sekitar seribu
mahasiswa menghadiri acara yang bertema “Pendidikan Karakter Mahasiswa”.
Pendidikan Karakter adalah program yang tengah
dijalankan oleh Dikti. IPB adalah salah satu kampus yang mendapatkan dana dari dikti.
IPB dipandang kampus yang sudah
establish pendidikan karakternya. Menurut Pak Rimbawan dalam sambutannya, IPB
adalah kampus yang dinilai sukses
pendidikan karakternya, dan uniknya pendidikan karakter mahasiswa tidak
diajarkan di kuliah. Dalam acara nonton bareng ini, di putar sebuah film
berjudul “Tanah Syurga Katanya”. Film ini menceritakan jiwa nasionalisme
seorang yang tinggal di wilayah perbatasan. Dari sini bisa dilihat bahwa,
pendidikan karakter yang dimaksud adalah pendidikan karakter tentang
nasionalisme.
Mengapa nasionalisme? Ya.. kita mengetahui bahwa
katanya masyarakat indonesia mengalami krisis jiwa nasionalisme. Apa pendapatmu
tentang nasionalisme dan Apa yang kau harapkan dari nasionalisme? Mungkin sebagian
besar orang merasa perlu nasionalisme atau ada juga yang cuek bebek tak peduli
nasionalisme. Cinta tanah air memang penting. Tapi lucunya di negeri kita,
cinta tanah air hanya muncul sebatas nonton bola Atau saat Batik kita “dicuri” malaysia. Tapi
ketika tambang emas kita dibajak asing misal freepot, saat ikan-ikan kita dicuri
asing, saat sumber BBM kita dijarah asing melalui leberalisasi migasnya, atau saat
hutan kita di kelola asing. Kita diam saja. Jadi apa pandanganmu tentang
nasionalisme? Apakah nasionalisme hanya soal batik, tari tor-tor,wayang kulit,rendang
padang atau yang lainnya?
Di film Tanah syurga katanya ada
adegan yang sangat lucu, saat salman(pemeran utama) membacakan sebuah puisi yaitu :
Bukan lautan hanya kolam susu
katanya
Tapi kata kakekku hanya orang kaya yang minum susu
Tiada badai tiada topan yang kau temui
kain dan jala cukup menghidupimu
Tapi kata kakekku ikannya diambil negara asing
ikan dan udang menghampiri dirimu..katanya
Tapi kata kakekku ssh..ada udang di balik batu
Orang bilang tanah kita tanah surga..katanya
Tapi kata dokter Intel yang punya surga hanya pejabat-pejabat…
Ya, inilah Realitasnya negeri Indonesia dengan
nasionalismenya. Tanah kita katanya tanah syurga tapi hanya untuk pejabat.
Pejabat yang sibuk memperkaya dirinya sendiri, lupa dengan rakyatnya. Pejabat
yang dengan rela memberikan sumber daya alam pada asing. Memang tak semua
pejabat seperti itu, tapi dalam sistem
ini semua akan kena imbasnya. Kembali lagi pada topik kita, Sebenarnya nasionalisme adalah suatu ikatan
kebangsaan yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat yang bisa timbul jika merasa
terganggu dan terusik, bisa kita sebagai dorongan untuk mempertahankan diri. Nasionalisme
tak bisa dijadikan suatu pengikat antar manusia, karena hanya muncul saat
membela diri karena datangnya ancaman dan bersifat emosional, muncul spontan
berpeluang untuk berubah-ubah. Misal saat sebelum Indonesia merdeka, jiwa
nasionalis masyarakat indonesia sangat tinggi. Hal ini terjadi karena rakyat
indonesia sama-sama merasa di usik dan terancam oleh penjajah asing yang
melakukan kekerasan dan penderitaan. Tapi setelah kemerdekaan jiwa nasionalisme
berlangsung turun bahkan hampir hilang.
Nah, saat ini pemerintah dikti sedang menumbuhkan
jiwa nasionalisme itu melalui program pendidikan berkarakternya. Sayangnya,
sekali lagi apa yang kita harapkan dari nasionalisme itu? Seperti yang sudah
dibahas tadi, nasionalisme tak bisa dijadikan pengikat hubungan antar manusia.
Adapun pendidikan karakter yang di usung oleh dikti juga bukanlah solusi yang
solutif untuk mengatasi krisis SDM di negeri ini. Pendidikan karakter yang di
usung dikti adalah pendidikan yang menghasilkan SDM yang berintegritas kepada
kebenaran, ketinggian budi dan perilaku dan pilar karakter yang lainnya.
Pendidikan karakter ini lahir dari barat dengan sistem pendidikannya yang gagal
melahirkan generasi unggul. Coba, kita tengok kaum muda barat , mungkin iya
mereka bisa seratus dari sisi akademik tapi dalam kepribadian, moral dan akhlak mereka nol.
Lantas apakah kita akan meniru pendidikan karakter ini?
Hakikatnya tempat belajarnya generasi dan umat
adalah sekolah pendidikan dan lingkungan besar dimana dia hidup. Lingkungan ini
dibentuk oleh pemikiran, perasaan, dan aturan dalam sebuah sistem. Selama
sistem yang diterapkan masih berbasis sekular maka tidak ada artinya pendidikan
karakter ini.
Dalam talk show
singkatnya, Dady mizwar membahas tentang peranan Film. Film itu ibarat sihir,
kita bisa ikut tertawa, menangis atau marah. Film bukan realitas, tapi refleksi
sebuah realita. Film mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi mindset
seseorang. Jadi terbayang jika film itu mengajarkan hal yang tak benar atau salah,
berapa banyak orang yang terkena pengaruhnya. Macam film ini, yang mengajarkan
tentang nasionalisme. Banyak orang yang mendapatkan stimulus sehingga
nasionalismenya bangkit. Tapi setelah selesai menonton, jika melihat dari sifat
temporal nasionalisme sendiri, akan hilang dengan sendirinya. Pak Dady
sampaikan bahwa Kita tak bisa mencegah arus informasi dimasa saat ini tapi kita
memiliki nilai budaya luhur. Ya, benar jika sistemnya masih sistem kapitalis
kita tak bisa mencegah arus informasi meskipun ada lembaga sensor nyata tak
benar-benar menyensor. Nilai budaya luhur? Nilai budaya luhur seperti apa yang
kita punya? Kebarat-baratan atau ketimur-timuran?.
Maka akar
permasalahannya, dari semua pembahasan ini adalah tentang sistem yang rusak.
Pendidikan karakter tak akan terlalu berpengaruh menciptakan SDM berkaualitas
jika sistemnya masih begini. SDM yang berkualitas akan tercipta dengan sempurna
jika sistemnya adalah sistem islam dan pendidikan karakter yang diadopsi bukan
pendidikan karakter ala barat melainkan hanya islam. Dan nasionalisme tak bisa
dijadikan ikatan hubungan antar manusia karena ikatan yang lemah. Dan haruslah
ikatan yang dibangun dalam hubungan antar manusia adalah ikatan yang sangat
kuat yaitu ikatan aqidah aqliyah. Mengapa aqidah atau ideologi? Karena aqidah
melahirkan peraturan yang menyeluruh, aturan dari Sang Pencipta Allah SWT.
Bukan seperti sekarang aturannya berbasis sekular atau memisahakan agama dari kehidupan.
Jadi, Mari kita
segera bersikap dan tentukan pilihan. Mau bertahan dengan kejahiliyahan modern
atau kembali kepada islam dengan sistemnya?
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”
(TQS. Al-Maidah : 50)
Komentar
Posting Komentar
ayo, kasih komentar..