Statistika Butuh Takwa


Ialah statistika tongkat daerah ketidaktahuan, inilah kalimat yang disampaikan oleh Guru Besar Statistika yaitu Almarhum Prof. Andi Hakim Nasution. Tongkat ini berguna agar manusia tidak semakin buta terhadap hal yang belum diketahuinya. Statistika merupakan body of knowledge dari tahapan pengumpulan data, analisis dan penafsiran data. Tahapan itu mengasilkan data statistik atau informasi yang bisa menjadi dasar pengambilan keputusan. Inilah tongkat berharga yang memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan.

Bagaimana pun tongkat ini hanyalah alat yang bersifat pasif tergantung penggunanya.  Tongkat bisa digunakan untuk menyangga sesuatu atau memukul orang lain. Statistika pun begitu, ia dapat digunakan untuk menghasilkan data statistik yang memperjelas atau bahkan membohongi. Mark Twain pernah mengatakan kebohongan ada tiga jenis yaitu lies, damned lies, and statistics.  Kebohongan dengan didukung oleh statistika akan mengakibatkan kebohongan itu cenderung terlihat benar dan ini lebih berbahaya daripada kebohongan tanpa statistika.

Tapi lagi-lagi statistika hanyalah alat , semua itu tergantung penggunanya. Tahapan pengumpulan, pengolahan, analisis hingga penafsiran data, baik atau tidaknya tergantung para pelaku yang terlibat dalam tahapan itu. Prof. Khairil Anwar Notodiputro pernah menyampaikan dalam tulisannya bahwa Statistik  tidak jarang 'diperkosa' dan dijadikan argumen pembenaran dengan berlidung di balik kata sakti: survei ilmiah. Padahal metode pengumpulan datanya direkayasa dan data yang terkumpul pun dimanipulasi agar hasilnya sesuai dengan pesanan. Statistik lalu tidak berdaya karena statistik hanyalah alat belaka. Penggunanyalah yang berkuasa menghitam-putihkan statistik. Sehingga benarlah adagium ini: "Statistics do not lie, but liars fabricate statistics". Statistik-statistik itu tidak bisa berbohong, tetapi pembohong gemar memproduksi berbagai macam statistik.

Maka dari itu statistika sebagai tongkat daerah ketidaktahuan membutuhkan pengguna yang memiliki integritas dan kejujuran .Di era globalisasi sekarang, nilai-nilai kejujuran itu tergerus dengan iming-iming materi, keuntungan dan kepentingan, sulit untuk memastikan bahwa semua pelaku dalam tahapan- tahapan statistika memegang integritasnya. Lantas  apa yang akan membuat seseorang kuat memegang integritasnya? Tidak runtuh atau goyah bahkan dengan rayuan materi sekalipun?

Taqwa, kita membutuhkan ketaqwaan individu. Inilah benteng yang akan membuat seseorang terus menjaga integritasnya. Seseorang yang memiliki ketaqwaan dalam dirinya tentu akan berhati-hati dalam menjalani kehidupannya, ia akan memastikan apa-apa yang diperbuat sudah sesuai dengan ketentuan Allah dan menjauhi larangan Allah. Ia sadar dan memahami bahwa ada konsukensi besar jika ia memberanikan diri untuk menyimpang  dari perintah-Nya meskipun hanya seberat biji zarah pun. Jika hal ini dimiliki tentu seseorang tak akan berani walau hanya ‘sekedar’ mengisi kuisioner di bawah pohon, berbohong dan mengumpulkan data dengan cara yang tidak benar, seseorang pun tidak akan berani menghitam-putihkan statistik sesuai pesanan meskipun dengan iming-iming harta bahkan tahta. Ia memahami dan meyakini bahwa ada kehidupan dengan garis tak hingga setelah ini, ia tak akan menggadaikannya dengan  kehidupan dunia yang hanya setitik.

Pemahaman inilah yang mesti ada, namun telah lama kita telah memasuki era sekular- pemisahan agama dari kehidupan-  sehingga orang menyisihkan agama hanya pada ranah-ranah individu. Sementara dalam ranah publik, agama dilupakan bahkan dilenyapkan.  Dunia akademik dan riset pun seolah berdiri sendiri, integritas ditopang dengan etika riset. Sejauh mana etika riset akan tetap dipegang jika di depan mata disajikan santapan materi yang mengiurkan?

Era sekular inilah yang telah menciptakan masalah, menjadikan orang-orang terjauh dari agamanya. Era sekular ini perlu kita lawan dengan membentuk ketaqwaan individu pada setiap orang dan berusaha membentuk masyarakat yang sadar dan senantiasa melakukan pengontrolan. Selain itu kita juga memerlukan negara yang menjadikan agama juga sebagai pandangan hidup yang memastikan ketaqwaan individu meliputi dan menaungi masyarakatnya. Agama apa itu? Islam  rahamatan lil alamin lah yang dapat mewujudkan itu semua. Sehingga bukan hanya masalah integritas dalam statistika yang akan teratasi, tapi masalah-masalah lainnya. Karena yang membutuhkan ketaqwaan bukan hanya statistika tapi semua hal dalam kehidupan kita.

Wallahua'lam...

Inspirasi : benferroni.blogspot.com

curhatan : tulisan ini hampir  2 tahun ada dibenak baru terealisasi hari ini he he. berat juga nulis kebidangan dikaitkan dengan islam. alhamdulillah jadi juga tulisan ini. meski tadinya mau ngaitin sama statistika utk kebijakan negara tapi susah ngait2in nya.
  akhirnya tulisannya jdinya begini masih ranah individu. hehe gapapa lah ya. semoga menginspirasi pembaca. maapkan jika masih belepotan nulisnya, sdh lama ga nulis jadi kaku nih jari jemari -__- smoga kedepan lebih semangat menulis. bismillah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin