Mari Menangis



Hari itu seorang bocah cilik sedang memenjamkan matanya, kepalanya tertunduk. Ia berada di ruangan yang lampunya sengaja dipadamkan, alunan musik yang sangat sedih pun sengaja dimainkan agar suasana syahdulah yang tercipta di ruangan itu . Ditambah pula, seseorang yang lain yang tengah merintih dan bermunajat. Bocah itu tak sendiri, ia bersama peserta lain yang tengah hikmat mengikuti kajian di sesi terakhir yaitu muhasabah.Suasana betul-betul tercipta sebagai sesi muhasabah, isak tangis mulai terdengar. Apalagi ketika pemandu muhasabah menyampaikan soal orang tua, banyak peserta yang mulai berlinangan air mata sampai tersedu-sedu menangis, adapula yang menangis histeris. Benar-benar sedih.
Di saat semua orang tengah khusu menangis, bocah itu kau tau? Ya bocag itu , Ia yang sedang memejamkan matanya dan mencoba menundukan kepalanya tengah asik sendiri dengan pikirannya. Ia mungkin satu-satunya yang tak menangis di dalam ruangan itu. Di saat semua orang terisak menangis, ia tak sedikitpun menangis dan tersentuh. Heran, ia heran pada dirinya sendiri. Mengapa ia tak bisa menangis. Ia bertanya apakah hatinya begitu keras, sehingga muhasabah dengan suasana yang seperti itu saja tak membuatnya menangis. Ya, aku sadari betul bahwa dosaku terlampau banyak ya Allah, ampuni aku. Aku juga menyadari bahwa aku belumlah menjadi anak yang baik pada kedua orang tuaku, ya Allah ampuni aku, jadikanlah aku anak yang solih. Tapi ya Allah kenapa aku tak bisa menangis, ya Allah lembutkanlah hatiku kata bocah itu dalam hati.

Setelah sesi itu selesai dan ditutup do’a, semua peserta saling berpelukan dan meminta maaf dengan teman samping duduknya. Berlinangan air mata, hanya bocah itu yang tak setetes air mata pun keluar.

Berkali-kali ia ikuti kajian seperti itu, berkali-kali pula ia ikuti sesi muhasabah nangis-nangisan. Dan berkali-kali pula orang lain menangis dan hanya dirinya yang tak menangis. Aneh. Dia pikir ini aneh. Bocah itu pun berlalu.
------------------------------------------------------------

Bocah itu bukan tak pernah menangis, ia sering sekali menangis. Ia malah sangat cengeng. Sejak kecil Ia kerap menangis ketika ada masalah yang terjadi pada dirinya, diejek teman ia menangis, Kesiangan sekolah ia menangis, Sakit hati sama teman ia menangis, merasa tersinggung ia menangis, Berantem sama adek menangis,Ujian ga bisa menangis. Ia selalu menangis karena hal-hal remeh temeh, dan kau tau ia selalu menangis dan mengadu pada bundanya, dan bunda pun selalu menenangkan ia. Lemah sekali ia, dikit-dikit menangis.

Bocah itu betul-betul merasa aneh pada dirinya sendiri, mengapa ia tak bisa menangis padahal ia terbiasa menangis. Hari itu ia bertekad tak menangisi hal-hal remeh lagi, karena ia belum bisa menangisi dosa. . Setelah itu, ia berpikir tentang kenapa ia tak bisa menangis di acara muhasabah. Ah sudahlah tak apa ia tak bisa menangis di forum. Buat apa juga menangis disana jika tak diresapi, jika memaksakan menangis pun karena takut anggapan orang. Ah ia juga berpikir orang dengan mudahnya menangis, tapi tangisan mereka tak berefect lama pada diri mereka. Mereka dengan mudahnya menangis, dan mereka dengan mudahnya melupakan muhasabah mereka. Entahlah ia tak tau mungkin hanya pembenaran bagi dirinya.

 Tapi Pernah suatu ketika ia berhasil menangis sendiri. Ia menangis sendiri tanpa ruangan gelap atau pun musik yang sedih apalagi pemandu yang berkata-kata. Ia sendiri dan saat itu ia sedang berpikir tentang kematian dan fananya dunia. Seketika itu ia merasa takut dan air matanya bercucuran menangis. Bocah itu, merasakan kenikmatan menangis. Hanya sulit sekali baginya untuk mengulang hal yang sama menghadirkan suasana itu pada dirinya. Akhirnya masihlah menangis karena Allah menjadi momen yang langka bagi dirinya.
----------------------------------------------
Neraka diharamkan atas mata yang mengeluarkan air mata karena takut kepada Alla, Neraka diharamkan atas mata yang tidak tidur di jalan Allah, Neraka diharamkan atas mata yang berpaling dari segala yang diharamkan Allah
(HR Ahmad dan al-Hakim)


 Apapun butuh ilmu termasuk soal menangis, kalau kita tak mengkaji mana tahu kita tentang keutamaan menangis. Menangis yang mana? Yang pasti Tak ada jaminan neraka diharamkan atas mata yang mengeluarkan air mata karena diejek teman atau alasan sepele lainnya. Jika kita mengkaji dan memahami akan kita temukan keutamaan menangis karena takut kepada Allah, dan kita akan mengusahakan hal ini. Kalau kita tak bisa menangis dan tak mudah tersentuh dengan ayat-ayat Allah, kita harus mengecek mungkin hati kita dipenuhi penyakit yang harus disembuhkan. Memohonlah kepada Allah, dan paksakan untuk menangis.

Menangislah! Jika tidak bisa, maka berusahalah untuk menangis .Jika kalian mengetahui ilmu yang sebenarnya, niscaya salah seorang dari kalian akan shalat hingga patah punggungnya Dia akan menangis hingga suaranya terputus
(HR al-Hakim)

 Menangis karena takut kepada Allah sungguh butuh ilmu, salah satu caranya adalah dengan mengingat-ngingat lagi bahwa kita sejatinya hidup ini hanya sementara, kita ini manusia lemah dan terbatas, butuh Allah. Kita harus senantiasa memunculkan kesadaran apalah artinya kita tanpa Allah yang melindungi kita. Manusia sejatinya tempat salah dan lupa, sering berbuat kesalahan. Maka teruslah memohon ampunan kepada Allah, dan cobalah untuk menangis.
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka,
maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis
(TQS Maryam [19] : 58)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin