HARGA BBM NAIK?
Belakangan
ini usulan kenaikan harga BBM mulai ramai didesakkan. Pemerintahan baru memiliki ambisi
untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Alasannya adalah Subsidi BBM yang besar ini telah membuat
anggaran negara tertekan, dan defisit makin tinggi. Kenaikan BBM merupakan solusi untuk menyelamatkan APBN.
Benarkah kenaikan BBM menjadi solusi yang tepat? Benarkah ini demi rakyat? Atau
ini hanyalah kebijakan tipu-tipu yang semakin menyengsarakan rakyat?
Mahasiswa Bicara BBM
Mahasiswa
adalah agen perubah yang peduli terhadap masyarakat. Maka ketika pemerintah
mengeluarkan kebijakan, mahasiswa tidak akan diam , manggut-manggut saja, atau
menelan mentah-mentah. Mahasiswa senantiasa aktif dan kritis terhadap kebijakan
yang ada, karena mahasiswa paham betul bahwa kebijakan yang diterapkan
pemerintah, baik atau buruknya akan langsung dirasakan oleh masyarakat. Maka tidak
usah dipertanyakan lagi, mengapa mahasiswa mesti membahas BBM.
BBM naik, Rakyat Menjerit
Subsidi
BBM sekitar Rp 246 triliun akan dihapuskan dan dialihkan demi kesehatan APBN. Kenaikan BBM merupakan solusi untuk
menyelamatkan APBN dan mengurangi defisit APBN jelas tidak tepat. Pasalnya
kebijakan tersebut dapat dipastikan akan mengakibatkan penderitaan masyarakat
semakin berat. Dampak pasti kenaikan harga BBM membuat rakyat semakin susah.
Jika harga BBM naik, harga transportasi pasti naik; harga bahan baku naik;
harga semua kebutuhan pasti akan naik dan inflasi akan naik. Akibatnya, daya
beli rakyat turun. Yang paling terdampak adalah rakyat dengan pendapatan
pas-pasan. Kenaikan harga BBM akan menambah jutaan jumlah orang miskin.
Menurut pengamat politik ekonomi Ichsanuddin Noorsy jika harga BBM
subsidi dinaikkan Rp 1.000/liter saja maka akan inflasi akan naik 1,43%. Selain
itu laju presentase kemiskinan juga akan naik 0,41%. Akan ada 1,5 juta hingga 1,6 juta masyarakat miskin baru jika harga BBM
subsidi naik Rp 1.000/Liter.
BBM naik, Siapa yang untung?
Sebenarnya, pengurangan subsidi termasuk kenaikan harga BBM
adalah amanat liberalisasi dalam LoI IMF, Januari 2000. Pengurangan subsidi
sekaligus merupakan perintah Bank Dunia dan syarat pemberian utang (Indonesia Country Assistance Strategy, World
Bank, 2001).
Kebijakan menaikan BBM merupakan bagian dari strategi
pemerintah, yang didukung dan selalu ‘diingatkan’ oleh Bank
Dunia, IMF, dan berbagai lembaga lainnya, serta tentu saja para
investor asing, untuk menyempurnakan liberalisasi di sektor migas di negeri ini
khususnya di sektor hilir. Jika harga BBM naik,
yang langsung untung adalah pihak asing pelaku bisnis eceran BBM. Jika harga
BBM naik, orang akan belanja BBM ke SPBU asing seperti Shell dan Total karena
harga sama dan kualitas lebih baik. Pembeli
BBM di SPBU Pertamina yang BUMN pasti berkurang. Alhasil, demi para kapitalis dan
pihak asinglah sesungguhnya kenaikan harga BBM itu dilakukan meski harus dengan
mengorbankan rakyat banyak.
Harus
dikelola Sesuai Syariah
Rencana
kebijakan kenaikan BBM, merupakan implikasi penerapan sistem ekonomi
kapitalisme yang digunakan dalam mengelola ekonomi negara ini. Minyak dan gas (migas) serta sumberdaya alam (SDA)
lainnya yang melimpah dalam pandangan Islam merupakan milik umum.
Pengelolaannya harus diserahkan kepada negara untuk kesejahteraan rakyat.
Tambang migas itu tidak boleh dikuasai swasta apalagi pihak asing. Rasul saw.
bersabda:
«الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ فِي الْكَلاَءِوَالْمَاءِ
وَالنَّارِ»
Kaum Muslim berserikat dalam tiga
hal: padang rumput, air dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Karena itu, kebijakan
kapitalistik, yakni
liberalisasi migas baik di sektor hilir (termasuk kebijakan harganya) maupun di
sektor hulu yang sangat menentukan jumlah produksi migas, juga
kebijakan zalim dan khianat serupa harus segera dihentikan. Sebagai gantinya,
migas dan SDA lainnya harus dikelola sesuai syariah. Jalannya
hanya satu, melalui penerapan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah ar-Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwah. Saat itulah
SDA dan migas akan menjadi berkah yang menyejahterakan seluruh rakyat.
Komentar
Posting Komentar
ayo, kasih komentar..