Melepas Rindu



Ini bukan novel atau cerita hikayat. Ini kisah nyata seorang anak yang lama berpisah dengan ibu dan adiknya. 


------
Namanya ima,sepupuku anak bibi,adiknya Ibu. Ima seumuran denganku, hanya terpaut beberapa bulan saja. Seingatku wajahnya bulat dan potongan rambutnya percis dora, rambutnya hitam lebat dan berponi . Wajahnya mirip dengan bibi, matanya bulat dan lucu. ia agak gemuk dan berisi, jauh sekali denganku si kecil kurus kerontang. Aku ingat kami pernah bermain bersama, ia lebih bisa diajak bermain daripada adiknya yang terkenal garang, aku kadang segan bermain dengan adiknya. Takut ditindas.
-----


Beberapa waktu lalu, aku melihat album lama. Ku lihat disana photo aku yang sedang berfose mengangkat kedua jari-jari tangan dan membentuk huruf V. Ku buka tiap lembaran album itu, sambil tertawa terkekeh-kekeh menertawakan sendiri. Betapa lucunya aku. Gayaku begitu alami dan murni.hehe Narsis. Tawaku semakin mengeras ketika   ku melihat deretan ekspresi adik,kakak, dan sepupu-sepupu. Mereka culun,  seperti tak berdaya memasrahkan diri mereka dihadapan kamera. Melihat album itu, seperti membuka lembaran-lembaran kenangan di benakku. Betapa banyak hal yang telah kami lakukan, seribu permainan telah kami mainkan. Kecil kami adalah gerombolan berenyit yang kreatif. Umur kami yang tak terlalu berbeda jauh, paling hanya 1 tahun atau 2 tahun. Menjadikan kami begitu akrab dan akur. Kembali Ku buka lembaran demi lembaran album itu, aku tercekat dan terpana, pandanganku terhenti pada satu foto, seorang anak yang berwajah bulat sedang memegang mainan mc donal diatas karpet puzzle. Tak terasa, air mataku menetes begitu saja. 15 tahun lamanya, aku tak melihat sosok itu. Tak melihatnya tumbuh dewasa. Ia adalah ima. Ia telah terpisah jauh dengan kami. kadang aku berpikir, bagaimana ia hidup berbelas-belas tahun tanpa sosok Ibu disampingnya. Pasti sulit.

 Tak terbayang jika hal itu terjadi padaku, yang tak bisa sedetik pun tanpa ibu. Atau  Saat kami berkumpul dengan keluarga besar, 30 sepupu berkumpul semua, tanpa dirinya dan  kami saling bercanda apalah yang ia lakukan. Bagaimana dengan sekolahnya? Kuliahkah? Seharusnya ia kuliah seperti aku hari ini. 

 Aku ini hanya seorang sepupu. Dan kau tahu apa perasaan adiknya, yang diam-diam tanpa sepengetahuan ibunya mencari kakaknya seorang diri, takut membuka luka lama. 15 tahun bukan waktu sebentar, adiknya tentu pernah menangis merindukan kakaknya. Aku tahu adiknya adalah orang yang sangat tegar. Apalagi perasaan seorang Ibu, tak terbayang sakitnya kehilangan anak. Pasti ada rindu yang memuncak tajam. 

Aku tak pernah tahu kronologis cerita mengapa sang sepupu bisa menghilang jauh dari kami. Yang ku tahu ia telah pergi jauh. Pernah pula sang bibi mencetuskan diri untuk mengikuti acara stasiun tv tentang pencarian seseorang. Ternyata hal ini hanya menjadi wacana yang tak pernah dilaksanakan. Tapi ku tahu, adiknya tengah berusaha bertahun-tahun mencari kakaknya yang hilang.

Seperti sinetron memang, tapi inilah skenario yang telah Allah gariskan pada sepupuku. Suatu saat aku yakin Allah pasti mempertemukan mereka. Allah punya rencana yang indah. Baru-beru terlihat sebersit harapan bahwa kami semua bisa bertemu dengannya. Lewat pelacakan diam-diam suami bibi, akhirnya kami temukan facebook dan twitternya. Kau tahu apa perasaan sang ibu dan adiknya? Ada kegembiraan dan  harapan. Di twitternya ada sebuah kata-kata ” Waktu boleh berubah,penampilanku boleh berubah tapi keluargaku,temanku tak akan prnah berubah titik.” Entah apa maksudnya, semua hanya spekulasi dan estimasi. Setelah dilacak dan dilacak kembali, bibi menyusulnya ke bandung, ada harapan lagi. Kami akan di bantu seorang kepala sekolah SMA nya untuk bertemu sang sepupu. Hal yang meyakinkan bahwa kami akan bertemu sebentar lagi karena ditemukan akta kelahiran ia atas nama bibiku. Yah.. Hanya tinggal menunggu, kami sebentar lagi akan bertemu, insyaAllah.
_____

Waktu telah berlalu sepupu, dan aku ingin bertemu mendengar cerita hidupmu selama bertahun-tahun tak bertemu. Selama ini, kami mencarimu. Ingin bertanya sejuta pertanyaan tentang hidupmu. Kalau kau hanya menjawab “Aku baik-baik saja” maka hal itu lebih dari cukup. Yang penting kita bisa bertemu dan melepaskan rindu.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Memeluk Tuhan

'Mobil Syetan' Sang Raja Jalanan

Dari Aktuaria Sampai Teori Darwin